Jaga Emosi dalam Segala Kondisi
WARAS termasuk sopir ambulans senior di RSUD Sidoarjo. Sudah 31 tahun dia dipercaya untuk mengemban tugas tersebut. Beragam suka dan duka dijalaninya dengan ikhlas. ”Juga harus berani. Karena yang diantar tak hanya pasien hidup. Namun, juga mengantar jenazah,” terangnya.
Ketika ditemui di Instalasi Forensik dan Medikolegal RSUD Sidoarjo Kamis lalu (26/10), laki-laki 55 tahun itu baru saja mengantarkan jenazah ke Desa Entalsewu, Buduran. Waktu keberangkatan hingga tiba di tempat sudah diukurnya. Dengan begitu, keluarga tidak menunggu terlampau lama. ”Mereka (keluarga pasien, Red) terus diajak berkomunikasi. Sepele, tapi menenangkan,” ujarnya.
Kakek tiga cucu tersebut mengaku tidak mau sekadar menjadi sopir. Dia menempatkan diri sebagai keluarga ataupun teman keluarga yang berduka. Dia pun harus bisa menjaga emosinya. ”Berkomunikasi dengan keluarga pasien itu tak mudah. Salah bicara saja, keadaan bisa tambah runyam,” lanjutnya.
Dia lantas mencontohkan ketika menjemput pasien yang merupakan korban tabrakan kereta api. Korban yang dibawanya menderita patah tulang dan muntah darah. ”Keluarganya histeris, tidak bisa tenang,” paparnya. Dalam kondisi tersebut, dia tidak akan banyak bertanya. ” Nyetir saja dengan kilat. Namun, tetap memperhatikan keamanan,” imbuhnya.
Kendala muncul ketika berada di jalan. Meski sirene telah dibunyikan dengan volume maksimal, banyak kendaraan yang tidak mau mengalah. ”Paling sering ya motor, ngeloyor saja,” ucap Waras.
Geram. Namun, Waras tidak boleh marah. Dia mengaku tetap menghargai pengguna jalan. Bahkan, rambu lalu lintas tak akan diterobos bila bukan kondisi darurat. Lain halnya bila kondisi darurat. ”Kalau harus nerabas, pasti saya keluarkan tangan dan kasih sinyal bantuan ke orangorang atau polisi,” ujarnya.
Berkat kesabarannya tersebut, Waras nyaris tidak pernah melukai pengguna jalan lain ketika melaksanakan tugasnya. (via/c6/ai)