Buka Jalan Napas, Baringkan di Tempat Datar
Pertolongan Pertama jika Menghirup Asap Terlalu Banyak
SURABAYA – Kondisi gawat darurat bisa terjadi di mana saja. Terkadang lokasi kejadiannya pun jauh dari fasilitas kesehatan. Orang awam pun menjadi harapan pertama untuk melakukan pertolongan.
”Pertolongan pertama itu wajib dilakukan untuk membuat korban tidak bertambah parah hingga bantuan medis datang,” ujar Dr Makhfudli SKep Ns MKed Trop, dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, dalam acara Pelatihan Kegawatdaruratan Sehari-hari bagi Kader Kesehatan di Kelurahan Medokan Semampir kemarin (2/11). Kader pun sengaja dipilih agar mereka bisa menjadi mitra kesehatan jika ada kejadian gawat darurat.
Dengan demikian, orang awam itu bisa membantu mengurangi risiko yang lebih parah ketika terjadi kegawatdaruratan. Misalnya ketika membantu korban kebakaran. Terjebak di dalam ruangan saat kebakaran bisa mengakibatkan kehabisan napas. Risikonya, korban bisa sampai meninggal dunia. Sebab, asap dari kebakaran mengandung banyak gas beracun yang sangat berbahaya bagi tubuh.
”Beberapa gas yang mungkin terhirup adalah karbon monoksida, nitrogen oksida, dan partikel lain seperti nikel fosfor dan lain lain,” ujar dokter Aryani Permatasari SpP. Menurut dokter yang berpraktik di RSUD dr Soetomo tersebut, gas itu mengakibatkan gangguan pada otot jantung, paru, pembuluh darah tepi, hingga saraf. Sesak napas, kejangkejang, hingga penurunan kesadaran menjadi beberapa gejala yang muncul jika menghirup gas sisa kebakaran.
Kondisi tersebut terjadi karena keberadaan gas itu membuat pasokan oksigen berkurang. Sel di dalam tubuh akan terganggu. Bahkan mengalami kematian. Jika gas tersebut masuk ke otak, korban menjadi tidak sadar. Jantung pun bisa berhenti.
Dokter spesialis paru Rumah Sakit PHC Tjipto Wibowo menambahkan, asap panas yang dihirup juga memungkinkan terjadinya pembengkakan pada jalan napas di tenggorokan. Hal itu terjadi karena sumbatan di saluran pernapasan atas atau yang dikenal sebagai edema laring dalam bahasa medis.
”Pada pasien yang sudah berada di rumah sakit, biasanya dokter bedah akan membuat lubang di bagian trakea untuk membantu membuka jalan napas,” ujar Tjipto. Namun, untuk masyarakat awam, hal yang bisa dilakukan adalah mempertahankan jalan napas terbuka. (dwi/c11/jan)