Jawa Pos

Keluarga Harus Jadi Teman Curhat

-

KELUARGA Wawan Gunawan menduga ada ’’kekuatan klenik” di balik kelakuanny­a menelan paku, batu, dan cat tembok. Karena itu pula, sepulang dari rumah sakit kelak, Wawan akan dicarikan pengobatan alternatif untuk menyembuhk­an gangguan mentalnya

”Dulu pun kami sudah mencarikan dia pengobatan. Tapi, mungkin belum ada yang cocok,” tutur Ani Kumaryani, adik Wawan, kepada Radar Tasikmalay­a kemarin (4/11).

Tapi, menurut staf Pencegahan dan Pengendali­an Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalay­a Indra L. Malik, yang dibutuhkan orang terduga stres seperti Wawan sebenarnya lingkungan yang bisa memahami dia. Keluarga harus siap menjadi teman atau tempat curhat. ”Sehingga permasalah­an yang dihadapiny­a akan mudah cair dan tidak menjadi beban hidupnya,” kata Indra.

Seseorang dengan gangguan jiwa, lanjut Indra, akan mengalami empat tahapan. Pertama, mereka akan mengalami kecemasan yang sangat tinggi. Kedua, mengalami stres ringan sampai berat, ketiga mengalami depresi, dan keempat psikosis.

Agar stres tidak semakin parah, lanjut dia, seseorang harus bisa mengenali perasaan seperti marah, takut, sedih, iri, dan cemas dalam setiap situasi. Coba untuk mengerti apa yang mengakibat­kan perasaan tersebut. ”Perhatikan apa yang Anda lakukan terhadap orang lain dan diri sendiri ketika timbul perasaan tersebut. Sadari kemampuan dan keterbatas­an diri dalam menghadapi situasi, dan cobalah bersikap rasional,” jelasnya.

Tak seperti keluarga Wawan, keluarga Hendro Wijatmiko yang di perutnya juga ditemukan ber- bagai benda tak lazim meyakini bahwa kelakuan Hendro tak ada kaitannya dengan klenik. Dokter Justina Evy Tyaswati, kepala Humas RSD dr Soebandi, Jember, tempat Hendro dirujuk, juga menyatakan bahwa yang terjadi pada Hendro murni disebabkan karena memakan benda-benda asing.

”Jadi, tidak ada yang aneh-aneh (klenik, Red) dan memang benda tajam ini dimakan sendiri oleh pasien karena ada gangguan jiwa,” kata Evy kepada Jawa Pos Radar Jember ( Jawa Pos, 8/7).

Anak sulung Wawan, Nandang Maulana, mengingat bahwa sang ayah sudah lama memiliki masalah dengan pikirannya. ”Sejak saya masih kecil, masih SD. Sejak becaknya hilang,” ungkap pemuda 18 tahun itu. (ujg/yfi/ JPG/hdi/ram/c17/ttg)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia