Jawa Pos

Pusing kalau Tak Terbiasa

-

EMPAT orang sudah menunggu di geladak kapal pada Sabtu siang (28/10). Mereka duduk di lantai kapal berwarna abu-abu itu. Menunggu giliran dipanggil untuk menuju dek bawah ruang operasi.

’’Nyonya Salma (bukan nama sebenarnya, Red), silakan ganti baju dulu,” ujar Inda Irmawati, salah seorang perawat. Tak sampai lima menit, Salma keluar dengan baju operasinya. Dia dibawa ke ruang operasi yang ada di dek bawah.

Di sana satu dokter dan dua perawat sudah menunggu

Peralatan operasi sudah tertata rapi di meja kecil di samping dokter. Kali ini Agus Haryanto sendiri yang turun tangan.

Kasus bedah hari itu terbilang minor. Ada papiloma dengan diameter 5 sentimeter yang tumbuh di paha kanan Salma.

Pertumbuha­nnya tergolong cepat. Benjolan itu tumbuh sejak lima tahun lalu dan cukup mengganggu. ’’Apalagi pas pakai celana. Kelihatan benjolanny­a,” ujar perempuan 40 tahun tersebut.

Derit suara lantai kapal mengisi keheningan ruang operasi. Sesekali entakan keras terdengar karena kapal menabrak dermaga. Dorongan angin dari sisi selatan kapal lumayan membuat kapal terombang-ambing.

’’ Tahan sedikit ya, Bu, sedikit sakit ini,” ujar Agus kepada Salma. Bius lokal mulai disuntikka­n ke paha Salma. Sesekali wajahnya meringis menahan sakit.

Tidak sampai setengah jam proses pengangkat­an papiloma sudah selesai. Menurut Salma, tidak ada yang berbeda dengan saat di rumah sakit di darat. ’’Tidak goyang, seperti di tempat tidur biasa rasanya,” ujarnya.

Berbeda dengan Salma, Namira ( bukan nama sebenarnya) merasa sedikit gugup. Meskipun orang Bawean asli, dia jarang naik kapal. Apalagi kapal pinisi seperti RST Ksatria Airlangga. Hal itu terlihat saat dia menuruni tangga. Sangat hati-hati dan minta ditemani suami.

Memang bagi sebagian orang, kondisi siang itu tidak terlalu bergelomba­ng. Tapi, jika belum terbiasa naik kapal, rasanya berbeda. Gerakan kapal sudah cukup membuat pusing kepala meski tinggi gelombang tidak sampai setengah meter.

Hampir sama dengan pasien, tim medis juga harus menahan pusing saat berada di kapal. ’’Pusing sedikit, tapi lamakelama­an tidak,” ujar Irmawati.

Meski demikian, kedatangan rumah sakit terapung sangat membantu masyarakat Bawean. Apalagi, banyak dokter yang didatangka­n ke Pulau Bawean. Banyak kasus medis yang tertangani dengan cepat meski waktu singgah kapal sangat pendek.

Warga Bawean berharap tidak cuma sekali kapal tersebut singgah. Kalau bisa, sering datang dan membantu pelayanan. Terutama kalau ada warga yang membutuhka­n penanganan dari dokter spesialis. ’’Biar rumah sakit bisa beroperasi secara penuh,” ujar Senin, kepala Desa Sungai Teluk.

Kondisi serupa sering terjadi di pulau-pulau kecil. Padahal, pelayanan kesehatan adalah kebutuhan dasar.

Jika pulau seperti Bawean saja seperti itu, lalu bagaimana dengan pulau lain yang lebih tertinggal fasilitas kese hatannya? ( gal/ c7/ dos)

 ?? GUSLAN GUMILANG/JAWA POS ??
GUSLAN GUMILANG/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia