Cewek Tabrak Jukir hingga Tewas
SURABAYA – Seharian kemarin, Eka Dewi Kristiana hanya bisa terguguk. Dia belum rela ditinggal mati suaminya, Rudi Nurmansyah. Begitu pula dengan Sumardi, ayahanda Rudi. Meski mampu mengantar ke liang lahat di TPU Rangkah, Sumardi beberapa kali pingsan.
Tewasnya Rudi Nurmansyah memang tragis. Dia mengembuskan napas terakhir ketika menjadi jukir di kawasan Siwalankerto pada Jumat malam (3/11). Ketika itu, Rudi dihajar mobil di kawasan yang menjadi tempatnya menjadi juru parkir. Tubuhnya lunglai terjepit mobil dan pot beton di situ
Cerita bermula ketika Toyota Avanza putih bernopol N 926 YK parkir di kawasan tersebut. Ni Made Titin Indriyanti, nama pengemudi yang menabrak, ngopi bersama teman-temannya. Saat ngopi, dia teringat ada barang yang tertinggal di dalam mobil. Dia pun mengambilnya. Nah, ketika itu, seorang sekuriti apartemen mengingatkan Titin untuk memindahkan mobil yang dianggap menutupi bahu jalan tersebut.
Titin pun lantas masuk dan memindahkan mobil milik temannya itu. Ketika parkir tersebut, entah kenapa dia gugup. Dia salah menginjak pedal gas, padahal yang dimaksudkan adalah rem. Tak ayal, mobil itu pun melenting ke depan, menabrak Rudi yang santai berdiri membelakangi mobil.
Brakk...Rudi pun terjepit antara pot bunga beton dan mobil. Tubuhnya terjepit dan terkulai bagai boneka rusak. Dia sempat bergerak-gerak sebentar, mengerang, kemudian diam. Tak ayal, kejadian tersebut mengundang perhatian massa. Apalagi, saat itu jalanan tersebut cukup ramai.
Warga sekitar berhamburan ke dekat kemudi Titin. Menggedor kaca mobil. Mereka geram lantaran sang pengemudi diam saja. Warga tak tahu bahwa perempuan 28 tahun itu shock. Seluruh tubuhnya kaku.
Sejurus kemudian, kesadaran menguasai tubuh Titin. Dia berinisiatif memundurkan mobil tersebut. Namun, bukannya lekas keluar, Titin malah jatuh lemas ke kursi di sampingnya. Dia menangis meronta. Sejumlah sekuriti apartemen mengevakuasi Titin. Mereka mengamankan perempuan kelahiran Lumajang itu ke ruang sekuriti agar tak diamuk massa.
’’Telepon polisi, cepat,’’ ujar seorang sekuriti menirukan rekannya saat diwawancarai Jawa Pos. Ada juga warga yang berinisiatif mengontak Command Center. Tujuh menit kemudian, mobil ambulans dan belasan petugas datang. Mereka langsung mengumpulkan keterangan awal.
Unit laka lantas datang 15 menit kemudian. Dengan sigap, empat petugas polantas melakukan olah TKP. Tak lupa, mereka juga menginterogasi Titin. Sayang, pertanyaan mereka saat itu hanya dijawab dengan anggukan dan gelengan kepala. Titin mendadak bisu. Dia kalut setengah mati. ’’ Tatapannya kosong,’’ ujar seorang petugas.
Mobil milik rekannya tersebut lekas disingkirkan dari TKP agar warga tak terus-terusan berkerumun. Avanza maut itu diderek menuju markas Unit Laka Lantas Polrestabes Surabaya di Dukuh Pakis.
Dimintai konfirmasi secara terpisah, Kanitlaka Lantas Polrestabes Surabaya AKP Bayu Halim Nugroho menuturkan, Titin masih diperiksa. Petugas harus menggunakan cara khusus untuk mendapatkan keterangan darinya.
Bagi Bayu, itu persoalan gampanggampang susah. ’’Masih tergoncang,’’ ujarnya singkat. Titin masih susah diajak bicara. Padahal, polisi hanya punya waktu 1 x 24 jam untuk menahannya di markas.
Agar kasus tersebut segera memperoleh kepastian, sejak pagi polisi memanggil sejumlah saksi dan rekan Titin. Sekitar lima orang diminta memberikan keterangan. Di lain pihak, Bayu meminta para penyidiknya untuk mengumpulkan sejumlah berkas penting. ’’Malam ini (kemarin, Red) kami adakan gelar perkara,’’ terangnya.
Tahapan itulah yang dinanti pihak keluarga korban. Status Titin berubah atau tidak. Jadi tersangka atau yang lainnya. ’’Kami nggak mau damai,’’ kata Sumardi saat ditemui Jawa Pos di rumahnya di Lebak Indah Utara Gang I/48, Dukuh Setro, Tambaksari.
Bemper Avanza putih tersebut masih terngiang di kepalanya. ’’ Nggeblak terus (pingsan berkalikali, Red) aku, Mas,’’ ucap Sumardi.( mir/c22/ano)