Jawa Pos

Anggarkan Rp 28 Miliar untuk Murid SMA/SMK

Usulan DPRD, Pemkot Keberatan

-

SURABAYA – DPRD Surabaya mengusulka­n bantuan Rp 28 miliar untuk 11.686 siswa rawan putus sekolah di APBD 2018. Jika pemkot menyetujui, problem tunggakan SPP yang dirasakan SMA/SMK bakal tuntas.

Sudah 11 bulan SMA/SMK tidak lagi gratis. Hal itu berkaitan dengan peralihan kewenangan dari kota ke provinsi. Berbagai upaya dilakukan untuk menolong siswa tak mampu. Di antaranya, mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK), tapi akhirnya ditolak. Lalu, membuat program sanggar kegiatan belajar (SKB) yang hingga kini belum terealisas­i.

Ketua DPRD Surabaya Armuji sering mendapat keluhan dari wali murid SMA/SMK. Keluhan terakhir dia dapatkan saat reses di Kalimas Barat dan Simolawang bulan lalu. Dia menyebutka­n, beban hidup para konstituen semakin berat karena harus membayar SPP anaknya. Armuji yakin keluhan itu juga sering diterima anggota DPRD lain. ”Pokoknya, dewan akan dorong terus agar anggaran ini disetujui,” jelas politikus PDIP tersebut.

Armuji menganggap uang Rp 28 miliar yang diusulkan tergolong kecil. Sebab, proyeksi APBD Surabaya tahun depan mencapai Rp 8,9 triliun.

Pembahasan anggaran sempat berjalan alot. Rapat tim anggaran pemkot dan Badan Anggaran (Banggar) DPRD sempat ditunda selama dua jam. Sekretaris Daerah (Sekda) Surabaya Hendro Gunawan yang mewakili pemkot harus meminta persetujua­n Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i.

Usulan bantuan sosial (bansos) sudah dua kali disampaika­n anggota banggar Reni Astuti. Pertama, usulan diajukan pada rapat paripurna pengesahan APBD 2017 tahun lalu. Pada paripurna Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) ABPD 2017 pertengaha­n tahun lalu, Reni kembali angkat bicara. Yang dia sampaikan sama. Namun, saat itu MK sudah memastikan bahwa kewenangan SMA/SMK tidak bisa kembali. ”Sekarang dengan dukungan Pak Armuji dan anggota dewan lainnya, saya rasa akan disetujui,” ujar politikus PKS tersebut.

Pemkot telah mendata siswa rawan putus sekolah. Dari survei yang dilakukan pada awal 2017, didapatkan angka 11.686 siswa. Angka tersebut disampaika­n ke Pemprov Jatim. Sedangkan data pemprov menunjukka­n angka yang berbeda. Hanya 4.970 siswa yang mengajukan keringanan SPP.

Namun, hingga kini bantuan dari provinsi tak kunjung turun. Karena itu, Reni menilai pemkot perlu mengakomod­asi 11.686 siswa yang telah didata. Angka Rp 28 miliar didapat dari 11.686 x 12 bulan x Rp 200 ribu. ”Rp 200 ribu itu dihitung dari angka tengah SPP SMA dan SMK,” ungkap anggota komisi D tersebut.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i mengatakan, tidak ada anggaran yang bisa diberikan kepada SMA/SMK. Sebab, kewenangan SMA/SMK sudah diambil alih pemprov. ”Tidak ada. Sama sekali tidak ada,” tuturnya saat dikonfirma­si di ruang kerja wali kota Surabaya kemarin.

Meski keinginan untuk membantu SMA/SMK tetap ada, pemkot sulit melakukann­ya karena akan bermasalah dengan hukum. Bahkan, masalah tersebut juga sudah pernah dikonsulta­sikan ke pusat. ”Saya tidak ingin ada risiko,” ujarnya.

Risma menuturkan, pihaknya tidak mau ada hibah dan bansos. Sebab, tidak semua orang akan berpikir positif. Sebagian justru akan memolitisa­si hal tersebut. ”Sejak 2016 tidak ada hibah dari pemkot,” tegasnya. (sal/ayu/c7/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia