Petani Lulusan SD Dapat Penghargaan dari FAO
Ulus Fokus Terapkan Pola Lingkungan Sehat yang Efisien
BANDUNG – Ulus Pirmawan bukan petani biasa. Kendati hanya lulus SD, warga Kampung Gadok, RT 01, RW 01, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, itu diakui dunia. Ulus baru saja mendapatkan penghargaan dari Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) yang diberikan di Bangkok, Thailand, Oktober lalu.
Dia mengajarkan cara bertani yang menerapkan pola lingkungan sehat yang efisien. Dan hal tersebut membuat petani lebih sejahtera.
Saat dijumpai Harian Jabar Ekspres ( Jawa Pos Group) di rumahnya, Ulus masih tampak sibuk memantau produksi hasil pertaniannya di gudang produksi miliknya. Ulus juga memantau langsung hasil panen brokoli, buncis, tomat, hingga cabai untuk selanjutnya dijual kepada konsumen di berbagai daerah. Kegiatan itu memang runititas yang dia kerjakan.
Ulus yang mengenakan kameja kuning dan celana jins biru lantas menceritakan awal pengalamannya bergelut di dunia pertanian. Dia bercerita, sejak kelas 6 sekolah dasar (SD) atau tepatnya pada 1987, dirinya kerap ikut membantu orang tuanya, Adin, 65, dan Juju, 58, bercocok tanam di lahan seluas 100 tumbak. Tak hanya berpeluh keringat di ladang, Ulus rupanya ikut menimba ilmu ekonomi secara otodidak: jualan hasil panen orang tuanya.
Seiring berjalannya waktu, tepatnya 1995, Ulus pun terdorong lebih fokus mengembangkan hasil pertanian orang tuanya. Dia urus sendiri tanpa memikirkan hasil dan jaringan yang akan dipenuhi untuk bisa tetap memutar modal.
Namun, tak disangka, keuletannya mengolah itu lantas berbuah baik. Pada 1995, Ulus mampu mengekspor buncis super ke Singapura dengan pengiriman 3 ton buncis super per hari. ”Bahkan, pengiriman buncis ke Singapura terus dilakukan sampai saat ini. Sebab, permintaan dari Singapuran cukup tinggi,” tutur Ulus baru-baru ini.
Sempat shock dengan tingginya angka permintaan, lambat laun dia pun berproses menjadi pebisnis. Ulus mulai bisa membawahi banyak petani. ”Alhamdulillah, hasil pertanian saya terus berkembang dibantu 25 petani lainnya di bawah kelompok Gapoktan Wargi Panggupay Lembang. Jujur saja, saya sekolah hanya sampai SD dan lebih memilih usaha di pertanian,” kata pria kelahiran 1980 itu.
Lebih lanjut, Ulus memaparkan, saat ini lahan yang digarap bersama petani lainnya hanya seluas 4 hektare. Dia berfokus terhadap penanaman sayuran dengan menerapkan pola lingkungan sehat yang efisien.
Secara terang-terangan, Ulus menyebutkan, pola tanam yang dilakukan menggunakan sektor terpadu. Artinya, petani di lokasi tersebut rata-rata memiliki ternak. Kotoran ternak itu dijadikan pupuk sayuran dan limbah sayuran untuk pakan ternak. ”Dengan pola begitu, petani di sini tidak usah membeli pupuk yang mahal.’’