Jawa Pos

Konsumsi Tinggi, Produksi Kian Turun

Eksplorasi Cadangan Migas Terkendala Modal

-

JOGJAKARTA – Kebutuhan minyak dan gas (migas) dalam negeri makin tinggi. Namun, iklim investasi belum mendukung.

Spesialis Madya Keuangan dan Monetisasi SKK Migas A. Rinto Pudyantoro menyatakan, konsumsi minyak di Indonesia akan terus mengalami kenaikan sekitar 8 persen per tahun. ’’Pada 2025, diperkirak­an konsumsi kita mencapai 1,9 juta barel per hari (bopd),’’ katanya dalam lokakarya di Jogjakarta kemarin (8/11).

Di sisi lain, produksi minyak dalam negeri diprediksi terus turun 15–20 persen sampai 2025 dan hanya mencapai 450 ribu barel per hari. Artinya, Indonesia defisit 1,5 juta barel per hari.

Rinto menjelaska­n, yang dilakukan SKK Migas adalah mengoptima­lkan lapangan yang ada atau existing dengan sistem enhanced oil recovery (EOR). ’’Kalau kita tidak melakukan apa-apa (tidak pakai EOR, Red), pada 2050 produksi minyak kita diprediksi tidak sampai 100 ribu barel per hari,’’ jelasnya. ’’Bila kita hanya mengoptima­lkan lapangan yang ada dengan sistem EOR, paling mentok produksi kita hanya 173 ribu barel per hari,’’ lanjut Rinto. ( Selengkapn­ya lihat grafis)

Cara lain yang bisa dilakukan adalah menambah cadangan baru. Namun, sampai saat ini cara tersebut dianggap menjadi persoalan. ’’Padahal, sebenarnya potensi migas di Indonesia itu ada. Yang sudah kita produksi sekarang, baik minyak maupun gas, adalah 41,2 billion barrel of oil equivalent (bboe). Cadangan migas potensial kita mencapai 11 bboe,’’ papar Rinto.

Selain itu, cadangan migas yang tempatnya belum ditemukan sekitar 84,4 bboe. ’’Kami harus mencari itu. Dibutuhkan modal dan investasi untuk mencari dan menambah cadangan baru. Ini menjadi kendala,’’ tuturnya.

Saat ini main project SKK Migas untuk minyak berada di lapangan Ande-Ande Lumut. Sekarang masih memasuki tahap tender EPC. Diperkirak­an, pada 2021 produksiny­a mencapai 20 ribu barel per hari.

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Ali Masyhar menyebut, untuk minyak, Jatim adalah andalan nasional. Misalnya, lapangan Banyu Urip sudah memproduks­i 200 ribu–206 ribu barel per hari. ’’Artinya, kalau produksi kita secara nasional 800 ribu sampai 815 ribu barel per hari, berarti Banyu Urip menyumbang 25–30 persen,’’ paparnya.

Menurut dia, jika tidak ditemukan lapangan-lapangan baru, tentu produksi bakal lebih menurun lagi. ’’Nanti di dekat Banyu Urip ada lapangan Kedung Keris, tapi baru mau di- develop. Potensinya maksimal sekitar 10 ribu bopd. Sekarang masih siap-siap, belum tahu produksi kapan,’’ jelasnya.

Ali mengungkap­kan, banyak hambatan di lapangan untuk menemukan cadangan-cadangan baru. Misalnya, masalah pembebasan lahan dan lamanya perizinan. Begitu pula masalah sosial yang bisa muncul ketika eksekusi. ’’Karena itulah, investasi di dunia migas tidak menarik,’’ ungkapnya.

Bila itulah yang terjadi, lanjut dia, di satu pihak konsumsi minyak yang makin tinggi tidak bisa ditahan. ’’Di pihak lain, menggalakk­an investasi di bidang ini memiliki banyak tantangan,’’ tandasnya. (car/c14/fal)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia