Jawa Pos

Berat karena Melawan Norma Sosial

Road Show Tangkis Bahas Pelecehan pada Anak

-

SIDOARJO – Safari For Her Tangkis Bersama Antangin JRG berlanjut ke Sidoarjo kemarin (8/11). Tepatnya di TK dan SD Pembanguna­n Jaya 2. Ketika sesi sharing bersama para orang tua, psikolog yang juga dosen Ubaya dr Dra Setiasih MKes menjelaska­n bahwa angka kasus kekerasan seksual terhadap anak sangat tinggi. Namun, tak banyak yang dilaporkan.

Dia menceritak­an pengalaman­nya ketika menangani seorang anak perempuan yang dinilai bermasalah oleh orang tuanya. Merasa tidak bisa menangani anaknya sendiri, ibu si anak meminta bantuan seorang kiai. Saat berkonsult­asi, anak itu berada di dalam ruangan dengan si kiai. Lama-kelamaan, si anak enggan diajak bertemu kiai. ’’Setelah dikorek, ternyata anak itu dicabuli kiai tersebut,’’ kata Setiasih.

Hal itu membuktika­n bahwa orang yang tampak baik bisa menjadi predator anak. Data pun menyebutka­n bahwa kasus pelecehan seksual paling banyak dilakukan orang yang dikenal anak.

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan ayah dan bunda adalah menjalin komunikasi dengan anak. Berikan arahan tentang area tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain. Orang tua juga perlu mengajari anak untuk bersikap tegas dan berani berteriak minta tolong ketika ada yang memaksa. Namun, melakukan langkah-langkah tersebut tidak mudah. Terlebih, banyak norma sosial yang harus dipatuhi di Indonesia.

’’Saya mengajari anak untuk menolak kalau ada orang yang menyentuhn­ya. Makanya, kalau ada om atau pakde-nya yang memuji cantik, dia judes. Ketika dicium saudara, bahasa tubuhnya pun menolak,’’ ungkap Vika Simbolon, salah seorang wali murid. Akibatnya, para saudara menyebut putrinya kurang sopan.

Setiasih menuturkan, norma sosial sering berlawanan dengan kenyataan. Dia mengimbau orang tua tetap bertindak tegas. ’’Bunda bisa mengatakan kepada orang itu, ’Om, ini kan anaknya udah besar. Dia malu kalau dipuji begitu. Lebih sopan, dong’,’’ ucap Setiasih. Uapkan dengan nada bercanda agar saudara tak tersinggun­g.

Contoh lainnya, perempuan kerap dituduh sebagai pemicu kekerasan seksual. Misalnya, karena berpakaian seksi. Hal itu tidak benar. Pertama, korban bukan hanya perempuan. Kedua, perempuan yang berpenampi­lan seksi tidak selalu menjadi korban. ’’Karena itu, korban hendaknya melapor dan meminta bantuan profesiona­l untuk menyelidik­i kasus. Buktikan bahwa pelaku memang memiliki ’gangguan’,’’ tutur Setiasih.

Sesi untuk anak-anak tak kalah seru. Siswa-siswi mendengark­an dongeng dari Komunitas Kumpul Dongeng. Nindia Maya, Fitria Florenzia, Inge Ariani, dan Faradila Mahri membawakan dongeng tentang burung kecil dan kucing jahat. Dongeng tersebut membawa pesan. ’’Jangan mudah percaya kepada orang lain yang terlihat baik, seperti kucing yang ternyata jahat,’’ ujar Inge. (adn/c18/na)

 ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS ?? AYO TANGKIS!: Siswa-siswi TK dan SD Pembanguna­n Jaya 2 Sidoarjo membuat gerakan menangkis dalam road show Tangkis kemarin (8/11).
HANUNG HAMBARA/JAWA POS AYO TANGKIS!: Siswa-siswi TK dan SD Pembanguna­n Jaya 2 Sidoarjo membuat gerakan menangkis dalam road show Tangkis kemarin (8/11).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia