Jawa Pos

Ketika Daging Kuda Tak Lagi Menolong

-

CUACA minus 30 derajat Celsius. Dingin yang merontokka­n tulang. Padahal, stok makanan habis dan perang belum tahu kapan berakhir.

Jadilah di medan laga di Stalingrad itu, tikus dan bangkai kuda yang belum membusuk pun disantap sebagai makanan. Tiga perempat pasukan Jerman yang menyerang kota tersebut dan berhadapan dengan pasukan Uni Soviet memang datang dengan mengendara­i hewan berkaki empat itu.

Menurut Fadly Rahman, sejarawan dan pakar kuliner dari Universita­s Padjadjara­n, protein dari daging memang merupakan asupan protein yang paling dibutuhkan pasukan.

Pertempura­n di kota yang kini bernama Volgagrad tersebut bermula dari instruksi Adolf Hitler untuk menyerang. Pasukan Jerman saat itu sedang kuat-kuatnya. Dan, Hitler ingin membuat pemimpin Soviet kala itu, Joseph Stalin, malu karena kota tersebut dinamai atas namanya.

’’Sebelum Perang Stalingrad, Adolf Hitler secara berkala berpidato di radio Jerman kalau pasukannya menang di berbagai penjuru dunia. Setelah Stalingrad, dia lebih banyak diam dan bersembuny­i di bungkernya,’’ ujar sejarawan Amerika Victor Davis Hanson dalam tulisannya untuk mengenang 75 tahun Perang Stalingrad.

Yang mungkin dilupakan pemimpin Nazi itu, ego Stalin sama besar dengannya. Stalin juga mengirimka­n pasukan yang dikenal dengan Red Army dan meminta mempertaha­nkan Stalingrad hingga tetes darah terakhir.

Pertempura­n yang diperkirak­an selesai cepat malah molor hingga musim dingin. Dan, begitu musim dingin tiba, datanglah bencana itu: stok makanan habis. Pasukan Jerman tak membawa banyak makanan. Mereka tak bisa ke manamana karena telah terkepung Red Army. Di pihak lain, bala bantuan dan suplai untuk pasukan Soviet juga terhalang cuaca.

Jadilah sekitar 12 ribu kuda yang berakhir menjadi santapan. Kuda-kuda tersebut tentu saja sama kelaparann­ya dengan sang pemilik. Daging mereka tak banyak. Sebagian tentara akhirnya jatuh sakit dan mati setelah makan daging kuda.

Itu karena mereka mengalami kelaparan akut sehingga tubuh sulit menyerap protein. Bantuan makanan kadang datang, tapi tidak banyak. (BBC/ Daily Mail/WW2 Data Base/sha/c19/ttg)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia