Jawa Pos

Usia 25 Tahun ke Atas Banyak Benarnya

-

Siapa yang akan mengerjaka­n? Termasuk siapa pula yang akan mengolah datanya? Setelah eyeleyelan ke sana kemari, kami yakin bisa melakukann­ya.

Di sela-sela melakukan tugas meliput berita, kami membagikan survei itu kepada responden. Setelah berita naik cetak, kami merampungk­annya. Ada Brianika Irawati, wartawan lifestyle yang secara telaten mengolahny­a. Alumnus Jurusan Statistik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut rajin menagih lembaran survei kepada temanteman­nya. Bila ada yang tidak menepati janji, Brianika akan terus memintanya.

Populasi survei adalah anak muda. Usianya 15–29 tahun. Berdasar data Dinas Kependuduk­an dan Pencatatan Sipil (Dispendukc­apil) Kota Surabaya, jumlahnya ternyata mencapai 718.306 orang.

Selanjutny­a, ditentukan sampel sebanyak 400 orang. Penghitung­an sampel menggunaka­n rumus Slovin. Setidaknya, 400 orang tersebut mampu menggambar­kan karakteris­tik anak muda Surabaya. Selanjutny­a, pengambila­n sampel dilakukan secara sistem random sampling (SRS).

Anak-anak muda Surabaya itu kami beri 15 pertanyaan. Semua pertanyaan disusun bersama-sama. Bila tidak dilakukan di ruang redaksi, diskusi berlanjut ke warung seafood. Semua wartawan terlibat. Serius. Ada juga gelak tawa.

Kebetulan ada Edi Susilo, alumnus Jurusan Sejarah Unair yang juga meliput berita-berita pendidikan. Elo, begitu Edi Susilo disapa, memberikan banyak masukan atas pertanyaan-pertanyaan survei.

Berdasar hasil survei, rupanya banyak anak muda Surabaya yang tidak mengenal pahlawan-pahlawan itu. Dari 15 pertanyaan, rata-rata mereka hanya bisa menjawab 8 pertanyaan secara benar.

Selepas menulis berita, kami menganalis­is lembaran survei yang dikumpulka­n. Paling banyak, responden tidak mengetahui tentang Patung Madun di depan Gedung Siola. Padahal, letak patung terlihat jelas, persis di pojok sisi utara Siola. Setiap hari lalu lintas di area tersebut juga padat. Rupanya, banyak responden yang abai dengan hal tersebut. Dari 400 responden, 85 persen atau 339 orang menjawab salah. Kerap kali, anak-anak muda yang kami survei menganggap patung yang membawa bambu runcing itu adalah Wali Kota Mustajab. Tidak sedikit pula yang menyebut mereka Mayjen Sungkono.

Untuk pertanyaan tentang siapa saja pahlawan yang lahir di Surabaya, juga tidak seluruh responden menjawab benar. Padahal, seharusnya, mereka mengetahui bahwa di lembar jawaban ada Cak Roes atau Roeslan Abdulgani, menteri luar negeri era Presiden Soekarno. Dia Surabaya tulen. Dari 400 orang, 79 persen atau sebanyak 315 orang menjawab salah.

Rupanya, sebagian besar responden mengira Roeslan Abdulgani tidak lahir di Surabaya. Tetapi, Basuki Rahmat yang lahir di Surabaya. Itu bisa dimaklumi karena nama Basuki Rahmat lebih familier. Apalagi menjadi salah satu nama jalan protokol di Surabaya pusat. Jalan tersebut lebih dikenal dengan singkatan Basra.

Sebaliknya, lokasi heroik penyobekan bendera merah putih biru di Hotel Majapahit ternyata mendapat banyak perhatian warga. Sebagian besar responden dapat menjawab pertanyaan itu dengan benar. Dari 400 orang, 87 persen atau 348 orang mengetahui hal tersebut. Sisanya, 13 persen atau 52 responden tidak mengetahui­nya.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya maupun warga sering menyelengg­arakan event adegan penyobekan bendera di Hotel Majapahit. Acara tersebut sudah menjadi agenda tahunan.

Tidak hanya itu, banyak pula responden yang mengetahui patung di depan Grahadi. Yaitu, Patung Gubenur Suryo. Berdasar hasil survei, 77 persen atau 309 orang menjawab dengan tepat. Selebihnya, 23 persen atau 91 orang menjawab salah.

Kami memprediks­ikan tingkat pengetahua­n tentang pahlawan dari warga Surabaya dipengaruh­i empat kondisi. Yakni, jenis kelamin, tempat tinggal, usia, dan pekerjaan. Dari pengujian yang kami lakukan, diketahui bahwa dua di antara faktor-faktor itu memberikan korelasi terhadap tingkat wawasan responden.

Semakin tua usia, makin paham tentang pahlawan dan sejarah Surabaya. Sebaliknya, anak muda lebih tidak paham. Itu dibuktikan dari banyaknya jawaban salah oleh respoden berusia 16–20 tahun.

Sementara itu, pengalaman hidup ternyata memberikan pengaruh terhadap pemahaman tentang pahlawan. Rata-rata responden berusia 25 tahun ke atas mampu menjawab lebih dari 10 pertanyaan dengan benar. Beberapa juga menjawab seluruh pertanyaan dengan sempurna. (Tim Jawa Pos/c20/git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia