Jawa Pos

Melukis dengan Tinta Tiongkok

- (bri/c16/jan)

SURABAYA – Meja di depan Bernadette Godeliva Fabiola Natasha terlihat penuh dengan tinta, kuas ( maobi) berbagai ukuran, dan kertas. Lalu, tangan kanan perempuan yang akrab disapa Febi itu mulai beraksi. Dia mencelupka­n bulu kuas ke dalam tinta. Lantas, kuas tersebut disapukan ke kertas beras.

Gerakan tangannya pelan, tapi pasti. Dia menyapukan tinta itu dalam satu kali gerakan. ”Memang tidak boleh berhenti di tengah jalan,” ungkap perempuan 42 tahun tersebut. Tidak butuh waktu lama, satu garis dengan garis lainnya saling bertautan membentuk gambar. Febi melukis naga.

Kemarin (9/11) dia menunjukka­n teknik melukis dengan tinta Tiongkok. Dia melukis langsung tanpa membuat sketsa lebih dulu. Itu membuktika­n bahwa Febi memang sudah lama terjun mendalami lukisan dengan menggunaka­n tinta Tiongkok. ”Kalau dihitung, sekitar 7 tahun,” ujar dosen Lasalle College tersebut.

Dia beberapa kali ikut kursus di Tiongkok. Menurutnya, banyak perbedaan melukis dengan tinta Tiongkok dan cat pada umumnya. Ada teknik khusus yang perlu diperhatik­an pada setiap gerakannya. Terlebih, alat yang digunakan sudah berbeda jauh. Misalnya, penggunaan kertas beras. Ia memiliki daya serap tinggi. Hal tersebut tentu memengaruh­i bentuk gambar.

Selain itu, penggunaan kuas Tiongkok terbilang spesial. Pelukis harus tahu betul seberapa dalam bulu kuas dicelupkan ke dalam tinta. ”Serapannya juga beda dengan bulu pada kuas sintetis umumnya,” terang perempuan kelahiran Surabaya, 28 Desember 1875, tersebut. Ukuran kuas Tiongkok juga bermacam-macam.

Satu hal lagi yang penting. Tidak diperlukan sketsa dalam proses melukis dengan tinta Tiongkok. Bentuk gambar seperti mengalir begitu saja mengikuti ide-ide dalam pikiran. Kalau merasa tidak puas, lukisan tidak dapat dihapus. Apalagi diulang dari proses awal. ”Ya, anggap saja gagal,” ucapnya. Namun, itulah yang menjadi tantangan menarik bagi Febi.

Bentuk lukisan sebenarnya tidak hanya terpaku pada hal-hal yang berkaitan dengan Tiongkok. Namun, lanjut dia, lukisan seperti ini bermakna penting bagi warga Tionghoa. Ada cerita-cerita dan doa dalam setiap gambar. Misalnya, gambar lima gunung dengan aliran sungai. ”Kalau dari cerita pemesan, gambar itu menjadi proteksi bagi keluarga,” katanya.

 ??  ?? MENGALIR: Bernadette Godeliva Fabiola Natasha melukis dengan tinta Tiongkok kemarin. Dia beberapa kali belajar langsung ke Tiongkok. ALLEX QOMARULLA/JAWA POS
MENGALIR: Bernadette Godeliva Fabiola Natasha melukis dengan tinta Tiongkok kemarin. Dia beberapa kali belajar langsung ke Tiongkok. ALLEX QOMARULLA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia