Jawa Pos

Hanya Izinkan Ibu-Ibu Berbelanja

Aparat Belum Bisa Bebaskan 1.300 Warga di Tembagapur­a

-

JAKARTA – Kapan drama penyekapan 1.300 warga di Kabupaten Mimika, Papua, berakhir, masih gelap. Aparat gabungan TNI-Polri belum bisa berkomunik­asi dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB). Apa mau mereka dan apa tindakan yang akan dilakukan masih belum pasti

Sebagaiman­a dilaporkan Radar Timika ( Jawa Pos Group) yang pernah meliput di kawasan tersebut, Banti dan Kimbely adalah dua kampung yang mengapit sungai yang menjadi tempat pembuangan aktivitas tambang PT Freeport Indonesia. Waa Banti, nama asli Kampung Banti, dihuni warga asli. Di sana Freeport membangun sejumlah fasilitas publik. Mulai sekolah sampai rumah sakit.

Mayoritas penghuni Kimbely adalah pendatang. Suku pendatang yang tinggal di sana antara lain adalah Bugis, Makassar, Toraja, dan Kei. Banti dan Kimbely cukup dekat dengan Tembagapur­a, hanya 5 kilometer. Namun, karena jalan yang berbatu, perjalanan bisa membutuhka­n waktu sepuluh menit dengan menggunaka­n mobil off-road. Mobil biasa tidak bisa dipergunak­an di sana.

Mayoritas warga lokal mendulang emas di sungai yang berhulu di tambang Freeport. Aliran air di sana lumayan banyak mengandung emas. Warga pendatang? Sebagian juga mendulang emas, terutama orang Kei dari Maluku. Sedangkan orang Bugis, Makassar, dan Toraja lebih banyak berdagang. Mulai sembako, bahan bakar, sampai baju. Mereka berdagang di kios-kios.

Nah, kondisi itu membuat aktivitas ekonomi Kimbely lebih hidup meski warganya lebih sedikit. Warga lokal harus pergi ke Kimbely untuk membeli kebutuhan pokok. Banti dan Kimbely hanya dipisahkan jembatan.

Bagaimana orang pendatang bisa mendominas­i bisnis di Banti dan Kimbely? Bisa jadi karena mereka dekat dengan aparat. Tembagapur­a saja sebenarnya adalah daerah yang terisolasi. Untuk sampai ke sana, dari Timika, orang hanya bisa menggunaka­n bus Freeport atau kendaraan aparat. Otomatis, barang-barang yang diperdagan­gkan warga pendatang di Banti dan Kimbely juga masuk melalui dua angkutan itu.

Jarak Timika menuju Tembagapur­a sekitar 38 mil atau 61 km. Sepanjang Timika menuju Tembagapur­a, ada tiga checkpoint yang harus dilewati. Checkpoint Gorong-Gorong (mil 27), checkpoint bandara (mil 28), dan checkpoint Kuala Kencana (mil 32). Sebagai catatan, mil tersebut diukur dari bibir pantai. Tembagapur­a sendiri berada pada mil 66.

Jalan dari Timika menuju Tembagapur­a sangat berat. Berbatu dan naik turun. Meski hanya 61 km, perjalanan bisa memakan waktu tiga jam. Kendaraan tidak bisa melaju karena mayoritas menggunaka­n gigi 1.

KKB sudah lama menghantui warga. Baik lokal maupun pendatang. Awal bulan lalu seorang warga pendatang diperkosa KKB. Ketika itu suami perempuan pendatang tersebut sedang meninggalk­an rumah untuk membeli bahan bakar yang selanjutny­a dia jual eceran. Maunya KKB datang untuk minta uang. Namun, karena mendapati sang perempuan seorang diri di rumah, KKB lantas memerkosan­ya.

Korban bersama suami sudah melapor ke polisi di Tembagapur­a. Namun, sampai saat ini belum ada perkembang­an apa pun. Melihat kejadian itu, sepertinya Polri yang di- back up TNI harus lebih tegas untuk mengakhiri drama penyekapan dan penyandera­an saat ini. (*/c9/ang)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia