Bikin Resah Pengguna Panci Aluminium
URUSAN URUSA dapur kerap menjadijadi bahbahan bagi para pembuat hoax ununtuk menyebar keresahan.sahan. SalahS satu contohnya adalah peringatan bahaya penggupenggunaan alat-alat dapur yang bberbahan aluminium. Pesan sseperti itu banyak tersebarsebar ddi grup-grup WhatsApp dan mmedia sosial. ”Suka sedih saja kalau lihat temanteman-teman memasak pakaikai pirantipir yang tidak sehat. Murah bukan satu-satunya alasan kita membeli alatalatalat inini. Mari simak dan pelajarilajari agar kita lebih paham memmemilih-milih bagi keluargluarga kita.” Begitu kalimat pempembuka pesan hoax tersetersebut. MeMenurut si pembuat hoax, hoax partikel dari peralataalatan berbahan aluminiumnium bisa larut dan terseraprap ke dalam makanan saat proses memasak. MakMakanan yang dimasak dendengan aluminium akan memenyebabkan partikel bebbebas bisa masuk ke aliraliran darah. ”Dan terakuakumulasi di dalam orgorgan tubuh kita sehinggaga menyebabkan efek buburuk pada kesehatan,” tulistu pesan itu. AAlat-alat masak berbabahan aluminium juga didisebut bisa menimbubulkan reaksi yang tidak sesehat jika bersentuhan ddengan bahan pangan. ”Namun tahukah Anda, apa reaksinya pada masakan kita? Panci dan wajan aluminium ini dapat larut ke dalam makanan Anda. Ketika ditelan, dapat merusak ginjal dan hati, serta melemahkan tulang. Makin banyak peneliti yang me nya takan bahwa logam ini dapat menyebabkan alzheimer, bah kan kanker,” tulis pesan itu.
Pembuat pesan juga menyebutkan bahwa alat-alat masak berba- han aluminium bisa berpengaruh pada penderita autis. ”Jadi gampang tantrum. Tambahan informasi dari Indryesti Wukir Sari Kriswanto,” ujar pesan itu.
Berdasar penelusuran Jawa Pos, nama yang disebutkan itu memang beberapa kali mem- posting soal bahaya penggunaan alat masak. Tapi, dia juga sering berpromosi produk suplemen kesehatan brand Amerika Serikat.
Pembuat pesan juga menakutnakuti pembaca dengan mengatakan bahwa peralatan masak berbahan aluminium berbahaya jika bersentuhan dengan bahan makanan mengandung asam dan garam. Padahal, banyak masakan yang tidak bisa menghindari bahan-bahan yang mengandung garam ataupun asam.
”Dengan tomat saja, logam aluminium ini sudah bereaksi. Jadi nggak kebayang kalau bikin saus tomat yang kita pikir sehat karena bikinan sendiri, pasti tanpa pengawet, pewarna dan perasa. Namun saus tomat ini kita rebus pakai panci, bahkan sutilnya juga aluminium. Hiiii……… seyem,” tulis pesan itu menakut-nakuti.
Jika Anda mendapatkan pesan seperti itu, jangan percaya. Apalagi sampai membuang peralatan dapur yang berbahan aluminium. Menurut Ketua Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono, pesan itu sungguh tidak benar. Agus menjelaskan, mengonsumsi aluminium secara berlebihan memang berbahaya bagi kesehatan. Menurut WHO, manusia dewasa bisa menerima paparan oral maksimal 50 mg per hari. Sementara itu, partikel aluminium yang terkikis dan terkonsumsi ke manusia hanya 1–2 mg. ”Paparan oral dari aluminium cookware hanya dalam kisaran 1–2 mg sekali masak. Jadi, masih dalam rentang yang aman,” katanya.
Mengenai reaksi kimia alat masak berbahan aluminium dan asam serta garam, Agus menjelaskan, hal itu justru menyebabkan terbentuknya lapisan aluminium teranodisasi. ”Lapisan ini justru membantu mengurangi kikisan aluminium terhadap makanan,” terangnya. (wan/gun/eko/c10/fat)
Paparan oral dari aluminium cookware hanya 1–2 mg sekali masak. Jadi, masih dalam rentang yang aman.