Hujan Cuma 45 Menit, Bandung Terendam
BANDUNG – Hanya 45 menit hujan, kegiatan ekonomi di Jalan Pagarsih, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana Anyar, lumpuh. Air setinggi 1 meter menggenangi permukiman warga, pusat pertokoan, dan percetakan hingga lebih dari dua jam.
Salah seorang warga, Asep, menyatakan, genangan air tidak surut hingga berjam-jam. Kondisi itu lebih parah daripada sehari sebelumnya.
”Ini air kiriman. Kemarin hujan besar, tapi tidak banjir,” ucap Asep saat ditemui di kawasan Pagarsih, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung, Jumat (10/11).
Genangan air sepanjang 350 meter itu telah melumpuhkan arus lalu lintas dan pertokoan yang sebagian besar pusat percetakan di Kota Bandung. Lebih lanjut Asep menuturkan, saat hujan reda, genangan air tidak surut, tetapi semakin tinggi. ”Padahal, hujannya rintik-rintik, tidak besar,” kata Asep.
Genangan air hujan tidak hanya melumpuhkan kegiatan ekonomi. Aktivitas warga di RT 01 dan RT 02, RW 07, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana Anyar, juga lumpuh. Lebih dari 70 rumah menjadi langganan banjir pada musim hujan.
Hal itu dirasakan warga lain, Agus Hadiat. Lebih dari sepuluh tahun dia tinggal di RT 02, RW 07, yang menjadi langganan banjir. Dia meminta pemerintah Kota Bandung lebih memperhatikan warga di permukiman yang kerap dilanda banjir, khususnya percepatan pembangunan tol air.
”Banjir di Jalan Pagarsih diatasi dengan tol air, tapi air limpahan ke permukiman warga tidak diperhatikan. Kami kena imbasnya,” jelas Agus.
Menurut Agus, biasanya durasi genangan air di kawasan Pagarsih tidak terlalu lama, sekitar 10 sampai 15 menit sudah surut. Akan tetapi, musim hujan kali ini berbeda dengan musim hujan sebelumnya. ”Biasanya sebentar. Kini sudah dua jam tak surut garagara tol air Pagarsih,” ungkapnya.
”Warga bahkan meminta proyek pembuatan tol air dihentikan. Karena banjir yang diakibatkan pembangunan tol air berimbas pada permukiman warga,” lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung Iskandar Zulkarnaen membenarkan adanya genangan air di kawasan Pagarsih lantaran proyek pembangunan tol air. Akan tetapi, pihaknya berjanji proyek pembangunan tidak akan memakan waktu lama.
”Ini hanya sementara. Kalau tol air sudah selesai, kami jamin air hujan tidak akan menggenang,” ujar Zulkarnaen.
Zul menambahkan, pihaknya menargetkan pengerjaan tol air Pagarsih bisa rampung hingga Desember 2017. Jika tidak selesai sesuai target, pembangunan tidak akan dihentikan sampai pengerjaan benar-benar rampung. ”Jika dalam pengerjaan nanti terjadi banjir lagi di kawasan Pagarsih, akan dikirim mesin sedot air,” terangnya.
”Atau jika nanti banjir besar, air akan disedot oleh mesin dan ada bantuan dari tim URC untuk membantu menyedot air di ganggang,” janjinya.
Selain karena pengerjaan tol air di Pagarsih, debit air ke kawasan hilir semakin besar lantaran pengerjaan proyek di kawasan Pasteur. Hal itu mengakibatkan banjir kiriman ke kawasan Pagarsih.
Secara terpisah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, banjir yang melanda Kota Bandung disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, rusaknya daerah aliran sungai (DAS) Sungai Cisangkuy, Sungai Cikapundung, dan Sungai Citarum yang membelah dua wilayah. (nda/mur/c6/ami)