Semangat Ingat Spirit Pahlawan
SURABAYA – Hampir seluruh penjuru kota punya cara sendiri-sendiri dalam memaknai Hari Pahlawan. Sekolah-sekolah melangsungkan upacara dan berdandan khas. Demikian juga instansi pemerintahan dan komunitas-komunitas.
Misalnya, dalam peringatan yang dilakukan anak-anak Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) kemarin (10/11).
Upacara bendera berlangsung sejak pukul 08.00. Tidak khidmat sebagaimana upacara di instansi-instansi resmi. Maklum, mereka masih anakanak. Meski begitu, spirit mengingat Hari Pahlawan tetap terasa
Sebanyak 80 anak YPAC memakai kostum ala pahlawan. Mulai kostum tentara BKR (Badan Keamanan Rakyat), dandanan ala Tuanku Imam Bonjol, hingga baju doreng khas tentara. Meski sebagian besar duduk di kursi roda, mereka tampak antusias menjadi peserta upacara. Sebagian besar juga bisa tenang dan anteng. Meski satu atau dua anak masih keluar masuk barisan.
Anak-anak dari jenjang TKLB hingga SMALB itu menyimak amanat Rahma Faiq, pembina upacara. Wakil ketua pengurus YPAC itu tampak bersemangat menyampaikan cerita kepahlawanan. Padahal, usia Rahma sudah 73 tahun.
Rahma mengingatkan anakanak agar tetap bersemangat dan meneladani kisah perjuangan arek-arek Suroboyo kala itu. Bahkan, Rahma juga menceritakan ulang tentang pecahnya perang pada 72 tahun silam tersebut.
Selain itu, petugas upacara membacakan pesan-pesan para pahlawan. Mulai kalimat semangat dari Gubernur Suryo hingga katakata perjuangan dari Bung Tomo. Hal itu menambah suasana upacara kian bersemangat.
Sementara itu, upacara bendera juga berlangsung di Monumen Tugu Pahlawan. Di situ, lagu bertajuk Selamat Datang Pahlawan Muda melantun gagah. Ratusan pelajar berseragam doreng kompak mengangkat tangannya untuk menyampaikan hormat. Lagu itu sekaligus menjadi lagu pemungkas dalam upacara tersebut.
Belasan veteran terlihat berseragam cokelat dan hijau di antara undangan yang berjas hitam. Bahkan, sepuluh di antaranya secara istimewa menerima penghargaan dari Gubernur Soekarwo, sang inspektur upacara.
Ramuji, 95, salah satunya. Kakek asal Blitar itu mengatakan senang bisa ambil bagian dalam upacara Hari Pahlawan di Surabaya tahun ini. Dia sendiri merupakan salah satu pejuang perintis pada 1945. Meski sudah berusia hampir seabad, Ramuji tampak masih bugar. Pendengarannya pun masih jelas dan nyambung ketika diajak ngobrol oleh anak-anak muda di sekitarnya.
Sebagian anak muda berusaha menghormati dengan mengajaknya ngobrol dengan menggunakan bahasa Jawa. Namun, karena jiwa nasionalisme yang tinggi, Ramuji membalasnya dengan bahasa Indonesia.
’’Dulu, saya pernah ikut pertempuran 10 November waktu masih jadi tentara di PETA (Pembela Tanah Air, Red),’’ ungkapnya setelah upacara. Sekelebat, dia masih ingat ketika berhadapan dengan tentara Jepang maupun Belanda.
Dikaruniai dua anak laki-laki, Ramuji kini tinggal sendiri di rumahnya di Blitar. Sang cucu sering datang untuk menjaganya. Istri dan dua anaknya sudah meninggal. Meski sempat merasa kesepian, Ramuji bersyukur bisa berumur panjang dan melihat Indonesia berkembang hingga seperti sekarang. ’’ Ya, saya senang lihat Indonesia sudah semakin maju. Tidak hidup susah lagi seperti dulu,’’ tutur Ramuji.
Soekarwo optimistis keberagaman di Indonesia tidak akan membuat bangsa ini terpecah belah, tetapi justru semakin bersatu. ’’Dunia internasional sudah melihat betapa rakyat Indonesia yang beragam dan partikular bersama melebur menjadi satu dan bergerak mempertahankan kemerdekaan Indonesia,’’ ungkapnya.
Selain itu, sekitar 30 generasi muda cangkruk bersama Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf. Salah seorang peserta, Dalu Nuzlul Kirom, penggagas kawasan wisata edukasi Dolly, menyampaikan bahwa potensi anak muda saat ini banyak berkembang di bidang sosial dan punya manfaat. ’’Mereka mengubah lingkungan itu, senang,’’ katanya.
Tren yang umum terjadi, masyarakat dari daerah pindah ke kota, lalu terjebak di kota. Karena itu, dia mengusulkan agar para pemuda bisa membangun daerah. Tentu sesuai potensi setiap daerah. ’’Sehingga bisa jadi champion di sana,’’ ucapnya. Generasi muda harus bisa menginisiasi dan bersinergi dengan pemerintah.
Hal senada disampaikan Aryo Seno Bagaskoro. Pelopor gerakan pelajar di Surabaya itu mengusulkan dilaksanakannya pertukaran pelajar antardaerah di Jatim. Selama ini pertukaran pelajar dilakukan antarnegara. Temanteman dari daerah dibawa ke kota urban dan melihat kondisi perkotaan. Dia optimistis hal itu efektif untuk kemajuan daerah.
Gus Ipul, sapaan Saifullah Yusuf, senang dengan para anak muda yang optimistis. ’’ Mereka melampaui masa depan, tidak mengeluh, peduli, dan kerja keras,’’ katanya. Menurut dia, hal itu menjadi modal untuk memulai sesuatu yang baik di berbagai bidang. ( kik/ deb/ puj/ c15/ dos)