’’Mata-Mata’’ Kota di Mana-Mana
Pemkot Getol Pasang CCTV
SURABAYA – Aktivitas yang merugikan warga kota akan makin mudah dipantau. Maklum saja, saat ini di mana-mana ada ’’mata-mata’’. Tentu yang dimaksudkan bukan pasukan telik sandi yang tersebar. Melainkan seribu closed circuit television (CCTV) yang terpasang hingga di penjuru kota. Nanti jumlahnya terus bertambah
CCTV itu bukan hanya yang selama ini dipasang dan dioperasikan dinas perhubungan (dishub). Organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya juga memanfaatkan CCTV untuk melakukan pengawasan. Fokus yang diawasi beragam. Misalnya, pengawasan titik rawan banjir dan rawan kejahatan.
Saat ini masyarakat lebih mengenal pengawasan pada lalu lintas. Padahal, CCTV tersebut mengawasi semua aktivitas yang terpantau. Termasuk tindak kejahatan di wilayah tertentu. Karena itu, CCTV tidak sekadar dipasang di jalan raya. Objek vital lain juga bakal dipasangi CCTV seperti pasar dan perkantoran. Belum lagi CCTV yang terpasang atas prakarsa swasta.
Tampilan CCTV itu tidak hanya dipantau pemkot. Organisasi samping seperti Polrestabes Surabaya maupun Polda Jatim bisa turut memantau dari CCTV tersebut. Pemasangan itu memudahkan lembaga tersebut dalam mengamankan wilayah Surabaya. Jangan heran bila kejahatan jalanan di Surabaya gampang terungkap.
Selama ini pemasangan CCTV selalu diidentikkan dengan program e-tilang CCTV yang sedang disusun bersama. Padahal, tidak. OPD lain juga memiliki dan mengelola CCTV. Jumlah yang dikelola dishub mencapai 400 CCTV. Perangkat itu berfungsi untuk pengawasan lalu lintas dan transportasi. ’’Sentralnya berada di Surabaya Intelligent Transportation System (SITS),’’ jelas Kabid Lalu Lintas Dishub Surabaya Robben Rico.
SITS merekam seluruh peristiwa di jalan raya. Salah satu contoh yang baru saja terjadi adalah kecelakaan di Jalan Darmo pada Kamis (9/11). Polisi dengan mudah menyidik pelaku yang menabrak. Proses terjadinya kecelakaan juga terungkap dengan jelas. ’’Pelaku tidak bisa mengelak karena kejadian bisa dipantau dari detik ke detik,’’ ungkap dia.
Robben juga mengulas manfaat pengawasan CCTV. Pola pikir masyarakat butuh pengawasan. Nah, diperlukan sistem dan perangkat pembantu. Petugas linmas, satpol PP, polisi, maupun dishub tidak bisa menjalankan tugas itu sepenuhnya. Ada batasan waktu, tidak sampai 24 jam. ’’CCTV menjadi pengganti kinerja manusia itu,’’ ujar Robben.
Kepala Dishub Surabaya Irvan Wahyudrajad menyatakan, pola pengawasan di wilayah Surabaya sudah tersistem sehingga memudahkan kinerja pemerintah. Baik bagi pemerintah kota maupun jajaran samping. ’’Kami bisa saling kerja sama dengan satu tujuan mewujudkan Kota Surabaya tetap kondusif,’’ tuturnya.
Tahun depan dishub mendatangkan CCTV lagi. Menurut rencana, ada 140 CCTV yang dibeli pemkot. CCTV itu ditempatkan di kawasan yang belum terjangkau. Misalnya, jalur penyangga atau frontage road di sekitar Jalan A. Yani. ’’Untuk CCTV di kawasan itu, spesifikasinya berbeda,’’ katanya.
Penambahan 140 CCTV tersebut belum termasuk usulan dari OPD lain. Belum diketahui jumlah pasti usulan dari OPD lain. Yang jelas, jumlah ’’mata-mata’’ di Surabaya bukan lagi seribu unit, tetapi lebih dari angka tersebut.
Fungsi itu akan berbeda dengan CCTV di Surabaya lantaran disesuaikan dengan OPD yang menangani. Dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan menitikberatkan pengawasan di titik rawan banjir. Dengan begitu, pola antisipasinya lebih cepat.
Meski fungsinya berbeda, spesifikasi yang dibutuhkan sama. Salah satunya adalah kemampuan kamera mencapai 3 megapiksel. Daya tangkap kamera dengan ukuran itu dianggap sudah cukup.
Pengawasan melalui CCTV merupakan tanggung jawab bersama. Saat ini baru Polrestabes Surabaya dan Polda Jatim yang bisa mengakses hasil pantauan tersebut. Wali Kota Tri Rismaharini menginginkan polsek di wilayah Surabaya juga dapat memantau tampilan CCTV tersebut. Saat ini yang menyiapkan ruang kontrol adalah Polres Pelabuhan Tanjung Perak. Pada masa mendatang, lembaga itu bisa turut memantau aktivitas di Tanjung Perak dan sekitarnya.
Kapolrestabes Surabaya Kombespol M. Iqbal merasa terbantu dengan CCTV yang diterapkan Polrestabes Surabaya. Menurut dia, langkah pemkot menjawab kebutuhan polisi. Selain mengawasi, CCTV bisa menjadi sistem kontrol. ’’Kami bisa mengindikasi titik-titik yang perlu ada penindakan,’’ katanya.
Titik yang dimaksud bukan sekadar kemacetan, tetapi juga kawasan yang masuk kategori mencurigakan. Misalnya, ada kawasan yang sering menjadi tongkrongan masyarakat. Polisi tidak bakal tinggal diam. Ada tim yang turun ke lapangan untuk mencari informasi di lapangan. Siapa saja yang nongkrong, lalu apa saja yang dilaku- kan mereka. ’’Jadi, potensi tindak kejahatan bisa diantisipasi sejak awal,’’ ujar Iqbal.
Dia mengungkapkan, sistem CCTV sangat menunjang polisi dalam mewujudkan quick response. Dulu polisi tahu kejadian melalui laporan warga. ’’Kini polisi bisa tahu lebih awal dari pantauan di CCTV,’’ jelas dia. (riq/c14/git)