Jawa Pos

Menenangka­n Sekaligus Menyenangk­an

Tak banyak generasi muda yang peduli pada budaya. Pada musik keroncong, salah satunya. Padahal, tanpa regenerasi, musik yang merdu mendayu itu bisa punah lantaran digerus zaman. Komunitas Kegiatan Mahasiswa (KKM) Keroncong Swara Gandem Unesa menjawab tant

-

LAGU Cintaku yang dipopulerk­an almarhum Chrisye dimainkan secara apik oleh para mahasiswa Universita­s Negeri Surabaya (Unesa). Para mahasiswa itu bergabung dalam Komunitas Kegiatan Mahasiswa (KKM) Keroncong Swara Gandem. Kepada mereka pantas disematkan julukan generasi muda yang peduli budaya.

Bella Elmar salah satunya. Mahasiswa semester 5 Jurusan Sendratasi­k Unesa itu pintar memainkan selo. Dia memberikan warna tersendiri dalam KKM Keroncong Swara Gandem. Dia sepakat bahwa musik keroncong adalah musik yang menenangka­n sekaligus menyenangk­an.

Demikian pula Supali. Rekan Bella itu memperkuat KKM Keroncong Swara Gandem melalui suara. Mahasiswa semester 5 itu memang jago menyanyi. Berawal dari menyanyi lagu dangdut, lalu beralih ke musik pop saat SMP. ”Saya ketemu keroncong ketika sekolah di SMKN 12 Surabaya,” ungkapnya.

Komunitas itu muncul dari sebuah kegelisaha­n. Terutama kegelisaha­n para penyuka musik keroncong. Ketika mata kuliah keroncong usai, tidak ada kelanjut- annya. Padahal, mereka menyukai keroncong. ”Jadi, muncul banyak kelompok keroncong, tapi tidak terarah,” ujar Pembina KKM Keroncong Swara Gandem Unesa Senyum Sadhana.

Agar kegiatan bermusik menjadi legal dan terarah, dibentukla­h KKM keroncong yang dinaungi kampus. Dengan demikian, mereka tidak sekadar berkumpul dan berlatih. Tapi, juga bisa ikut berpartisi­pasi secara resmi dalam kegiatan kampus. ”Minggu ini ayo kita datang latihan. Minggu depan ayo kita datang nonton. Jadi, dinamis,” tuturnya.

Sebenarnya, ada juga kelompok keroncong yang lebih dahulu eksis. Bahkan, terbilang sukses dengan kerap manggung. Meski begitu, mereka terbentuk secara independen. Tidak berada di bawah naungan kampus. Karena itu, para mahasiswa lain tak ingin kalah untuk bisa sukses berkiprah.

Saat berlatih, mereka berupaya melakukan aransemen. Sebagai orang dengan latar belakang musik, tentu mereka bisa saling mengeksplo­rasi. Misalnya, alat musik tertentu dimainkan untuk keroncong. Aliran musik tertentu dimainkan menjadi keroncong.

Beberapa program manggung disusun. Di antaranya, manggung ketika perayaan Hari Valentine, pada Oktober ketika kelahiran maestro keroncong Gesang, dan manggung ketika penyambuta­n mahasiswa baru. Dengan begitu, ada wadah untuk berkarya dan menghadirk­an para tokoh keroncong.

Bagi Senyum, belajar salah satu genre musik harus mengenal sejarahnya. Para mahasiswa yang belajar musik keroncong memang tidak harus memainkan keroncong asli. Tapi, mereka tetap harus mengetahui keroncong asli. ”Kalau memainkan lima lagu, satu lagu sebaiknya keroncong asli,” ujarnya. Harapannya, mereka tidak melupakan asal muasal keroncong.

Terbentukn­ya KKM Keroncong Swara Gandem juga berasal dari kurangnya regenerasi keroncong di Surabaya. Berbeda kondisinya dengan Jogjakarta. Senyum yang memang berjiwa muda merasa tingak-tinguk ketika bermain keroncong dengan pemain yang lebih senior. ”Jiwa kreatif saya sebagai orang musik berontak. Monoton,” katanya.

Selain itu, Senyum yang kerap menjadi juri di festival keroncong merasakan sepinya fase regenerasi. ”Pemain comot sana-comot sini, regenerasi­nya kurang,” terangnya.

Terlebih, keroncong bukan sekadar teknik. Melainkan rasa. Sebab, tingkat tertinggi dalam bermusik bukan betul atau salah. Melainkan, enak atau tidak enak. (puj/c10/nda)

 ??  ?? JAWABAN GELISAH: Beberapa anggota Komunitas Kegiatan Mahasiswa Keroncong Swara Gandem Unesa tengah berlatih.
JAWABAN GELISAH: Beberapa anggota Komunitas Kegiatan Mahasiswa Keroncong Swara Gandem Unesa tengah berlatih.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia