Jawa Pos

Ada Pelari Barefoot di Suramadu

-

SURABAYA – Jawa Pos Fit East Java Marathon 2017 yang digelar pagi ini ( 12/ 11) menjadi ajang pembuktian bagi para pelari elite nasional

Mereka adalah Agus Prayogo, Jauhari Johan, Asma Bara, Odekta Vina Naibaho, dan Novita Andriyani. Mereka bersaing dengan pelari-pelari Kenya mulai Chumha Cinus Kipwambok hingga Charles Kipsang.

Daya tarik Jembatan Suramadu memang cukup besar. Terbukti, event lari terbesar di Jawa Timur itu diikuti 5.000 peserta dari 20 negara. ”Kami senang ada event berskala internasio­nal di Jembatan Suramadu. Pemprov Jatim mendukung sepenuhnya,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf.

Panitia telah menyiapkan race tersebut dengan maksimal. Jawa Pos sebagai penyelengg­ara mengganden­g runID sebagai race management. Hujan deras yang mengguyur kawasan Suramadu tadi malam tidak menyurutka­n semangat panitia menyiapkan race agar nyaman dan aman bagi peserta. ” Race telah kami siapkan sesuai standar yang ditetapkan IAAF,” ucap Bertha Gani, race director Jawa Pos Fit East Java Marathon 2017.

Seluruh peserta telah mengambil race pack pada hari kedua kemarin. Salah satunya Hamzah Haruna, barefoot runner asal Makassar. Foto Hamzah pernah viral saat finis maraton di Australia mengenakan baju adat Sulawesi dan tanpa mengenakan alas kaki. Kali ini Hamzah tertantang berlari tanpa alas kaki di atas Jembatan Suramadu yang terkenal panas. ”Saya sudah gak sabar merasakan lari di Jembatan Suramadu,” ujarnya.

Baru tahun ini Hamzah ambil bagian dalam race Jawa Pos Fit East Java Marathon 2017. Secara teknis, persiapan rutin sudah dia jalani untuk melahap rute dengan cuaca cukup terik di kawasan Jembatan Suramadu. ”Yang paling penting hidrasi tidak boleh telat. Minimal dua hari terakhir ini saya sudah siapkan itu,” bebernya.

Kemarin para pelari Kenya juga telah datang ke lantai 6 Expo Center Tunjungan Plaza 3 untuk mengambil paket lomba. Mereka adalah John Kipkokir Rutto, Elisha Kiprotich Sawe, Tariku Demelash, Benson Kariuki, Rosemary, dan Issabela. Elisha Kiprotich Sawe, peserta FM, tidak menargetka­n waktu tertentu.

”Cuaca di Indonesia, khususnya di Surabaya, jauh lebih panas daripada di negara saya,” ucapnya. Karena itu, pria yang memiliki personal best FM 2 jam 14 menit itu hanya akan berusaha lari sebaik mungkin.

Peserta asal Denmark Vagn Allan Skov Kirkelund juga tak berani pasang target waktu. Di negaranya, dia biasa berlari dengan suhu sekitar 5 derajat Celsius. Jadi, kondisinya sangat jauh berbeda. ” So hot. Look at my head. I’m so sweaty,” ujarnya, lantas tertawa.

Dia baru kali pertama mengikuti Jawa Pos Fit East Java Marathon 2017. Vagn lantas meng- hampiri dan melihat peta trek kategori full-marathon. Rasa antusias dan penasaran bercampur aduk ketika mengetahui dirinya bakal berlari melewati Jembatan Suramadu. ”Mungkin saat berlari melintasi laut itu akan terasa sedikit sejuk,” celetuknya.

Setengah jam berselang, terlihat Hasan Aden, pelari asal Somalia, menyapa rombongan pelari asal Kenya tersebut. Mereka terlihat akrab. ”Kami kali pertama ketemu saat Toraja Marathon 2016. John ( John Kipkokir Rutto, Red) ini musuh saya,” kelakarnya.

Hasan merupakan juara 10K Fajar Road to Jawa Pos Fit Makassar 2017. Dia mendapatka­n free entry Jawa Pos Fit East Java Marathon 2017. Meski bebas memilih kategori, dia tetap memilih kategori 10K. Pria yang sudah lima tahun menetap di Makassar tersebut memiliki target waktu 29 menit. ”Saya tidak mau kalah dari John. Dia 30 menit, saya berani 29 menit,” paparnya. (nap/han/c17/tom)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia