Jawa Pos

Paling Menantang di Tanjakan Banaran

Memperinga­ti hari lahirnya ke-72, Korps Brigade Mobil (Brimob) Mabes Polri memilih tirakat dengan bersepeda. Dari Surabaya menuju Kelapa Dua, Depok. Tak mudah melalui medan sejauh 1.000 kilometer.

-

ADA dua kegiatan bersepeda dalam rangkaian HUT Ke-72 Korps Brimob Polri tahun ini. Yaitu Sepeda Santai dan Tour De Java (TDJ). Yang paling menarik perhatian tentu gowes bertajuk TDJ. Memulai start dari Monumen Perjuangan Polri, Surabaya, sejak 5 November, rencananya mereka menuju ke Markas Brimob di Kelapa Dua, Depok.

’’Misinya adalah menyerahka­n teks proklamasi polisi istimewa M. Yasin kepada komandan Korps Brimob di mako,’’ ujar Wadankor Brimob Brigjen Irianto yang melepas rombongan.

Tak tanggung-tanggung, sebanyak 72 cyclist inti melahap rute sepanjang 1.000 kilometer. Mereka melintasi lima provinsi, yaitu Jatim, Jateng, DI Jogjakarta, Jabar, dan DKI Jakarta. Di setiap daerah yang dilewati, mereka akan didukung peserta pendamping dari Satbrimob daerah. Perjalanan Surabaya–Depok itu dibagi dalam sepuluh etape. ’’Kami tak menyangka, ternyata di tiap etape banyak sekali peserta tambahan dari sipil yang ikut,’’ ujar Kepala Tim Kombespol Rudy Harianto.

Menurut Rudy, pada setiap etape, para cyclist melalui trek yang berbeda dan sangat menantang. Etape pertama pada hari pertama melalui Surabaya–Watukosek–Jombang. Para peserta disuguhi pemandanga­n alam yang menawan.

’’Pemanasan’’ itu pun dilalui dengan mulus. Termasuk tiga etape selanjutny­a. Selain trek yang relatif mudah, banyak pemandanga­n bagus yang memanjakan mata. ’’Lelah jadi ndak kerasa,’’ ujar pria yang menjabat kepala Bagian Peren- canaan Korps Brimob Polri itu.

Namun, Rudy mengatakan, sampai sejauh ini pengalaman paling berkesan sekaligus menantang ada di etape kelima. Di titik itulah, fisik dan ketahanan tubuh peserta diuji. Ketika itu, tim bergerak dari Purworejo ke Purwokerto. Tim sempat beristirah­at di Polres Kebumen sebelum melalui tanjakan sejauh 4 kilometer di daerah Banaran. Dia masih ingat betul bagaimana perjuangan melewati tanjakan tersebut. ’’Maklum, tenaga sudah lumayan terkuras untuk 400 kilometer sebelumnya,’’ terang pria asal Malang itu.

Ujian belum usai. Sekitar 20 km menjelang finis, hujan turun cukup deras. Cuaca semakin ekstrem karena diselingi petir dan angin kencang. Namun, lagi-lagi mereka enggan goyah. Etape kelima bisa diselesaik­an dengan mulus. ’’Pada etape sebelumnya, kami juga sudah pernah diguyur hujan, jadi tetap ngotot saja,’’ beber lulusan Akpol angkatan 1990 tersebut, lantas tertawa.

Bapak tiga anak itu memang mengibarat­kan TDJ sebagai jelajah sejarah Brimob. Mereka membawa misi agar para pejuang Brimob hari ini bisa meneladani etos dan kegigihan prajurit terdahulu. Dengan begitu, mereka bisa menghayati betul patriotism­e yang ditanamkan M. Yasin.

Lalu, kenapa pakai sepeda? Rudy menjelaska­n bahwa kegiatan itu sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo. Yaitu menggiatka­n olahraga bersepeda. Tak hanya bersepeda, di sela gowes, korps baret biru tua itu juga melakukan kegiatan sosial. Misalnya pembagian sembako, donor darah, hingga pengobatan masal.

Jika sesuai dengan agenda, perjalanan mereka tinggal dua hari untuk memenuhi target sampai ke Mako Brimob. Jika melihat progres sejauh ini, Rudy yakim timnya bisa memenuhi target. Di sisi lain, sepeda santai akan dilaksanak­an di tiap daerah. Peserta umum bisa ikut. Jaraknya pun disesuaika­n, ’’hanya’’ sejauh 72 kilometer. (aji/c19/nur)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia