Rekatkan Kebersamaan untuk Indonesia
Refleksi Milad Ke-105 Muhammadiyah
SURABAYA – Momentum Milad Ke-105 Muhammadiyah menjadi ajang untuk mempererat kebersamaan. Kemarin (11/11) pimpinan Muhammadiyah, baik dari daerah maupun pusat, berkumpul di aula kantor PW Muhammadiyah Jatim. Mereka menggelar dialog yang membahas masa depan bangsa.
Hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Imam Syamsi Ali, presiden Nusantara Foundation yang kini aktif sebagai pendakwah Islam di Amerika Serikat. Ratusan anggota Muhammadiyah dan Aisyiyah pun turut hadir.
Haedar Nashir mengatakan, refleksi milad Muhammadiyah kali ini adalah merekatkan kebersamaan. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Baik sumber daya alam, sumber daya manusia (SDM), maupun sistem negara yang modern. ”Tiga modal tersebut sangat luar biasa. Kami ingin merekatkan kebersamaan untuk Indonesia,” katanya.
Menurut dia, Indonesia memiliki agama dan Pancasila. Namun, ada problematika yang bernuansa politik dalam kehidupan berbangsa di negara ini. Hal itu menjadikan bangsa Indonesia tercerai-berai. Ada yang seolah-olah pro-Indonesia, proNKRI, intoleran dalam beragama. ”Isu seperti ini jika tidak dikelola dengan baik akan meretakkan Indonesia,” ujar Haedar.
Selain itu, ada faktor eksternal yang bisa masuk di Indonesia. Yakni, perubahan geopolitik ekonomi dari kawasan lain. Problem terakhir adalah situasi nasional seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial yang akan menjadi suasana antagonis. Hal tersebut bisa meretakkan kehidupan kebangsaan dan menjadi konflik. ”Muham- madiyah punya komitmen dengan platform yang ada, kami ingin bisa merekatkan keagamaan,” jelasnya.
Sementara itu, Imam Syamsi Ali menyatakan, Islam menjadi agama terbesar di dunia. Karena itu, Muhammadiyah ditantang untuk bisa keluar ke dunia global. Selama ini, apa yang terjadi di Jatim maupun Indonesia sangat cepat diakes di luar negeri. ”Muhammadiyah bisa melakukan itu,” ujarnya. (ayu/c10/nw)