Jawa Pos

Kantong Kencing Portabel untuk Cur Dadakan

-

Mereka tidak menjual makanan atau sekadar berbisnis di bidang jasa seperti sewa kendaraan berbasis online hingga pesanantar makanan.

Krya.id diciptakan sebagai pusat pengembang­an inovasi anak-anak muda. Membuka sudut pandang anak-anak untuk berpikir kritis. Terutama soal permasalah­an di lingkungan sekitar.

Anton mengungkap­kan, krya. id sudah menggelar pelatihan di beberapa sekolah. Bekerja sama dengan guru, dia menawarkan berbagai program belajar. Misalnya, menciptaka­n kelas kreatif. Siswa diminta menuliskan ide, terutama yang bisa memecahkan masalah dalam aktivitas seharihari. ’’Kami ajak mereka berpikir bahwa proses belajar itu bisa dimulai dari lingkungan mereka sendiri,” tuturnya.

Anton lantas meminta Gadung Adi Wibowo, salah seorang koleganya, menunjukka­n video pembelajar­an terkait cara menemukan masalah ala krya.id. Dalam video yang diputar melalui layar laptop 14 inci tersebut, tampak suasana belajar siswa di sebuah SD. Pembelajar­an terlihat semarak.

Belasan siswa di salah satu sekolah internasio­nal di Surabaya itu terlihat ceria. Menuliskan berbagai ide mereka di kertas warna-warni. Ada yang lesehan, ada pula yang ndlosor. ’’Mereka sedang mengumpulk­an masalah,” kata Gadung. Siswa diminta menuliskan masalah yang dinilai perlu mendapat jalan keluar.

Anton dan beberapa anggota krya. id lantas menjelaska­n langkah untuk menyeleksi masalah. Mana yang perlu segera dipecahkan. Dari kegiatan tersebut, muncul ide-ide menarik yang dimiliki siswa. Misalnya, ide Brandon. Siswa SD Elyon Christian School itu menciptaka­n pee watering container, yaitu alat kencing portabel.

Alat yang berbentuk mirip pispot dengan tambahan celemek tersebut dibuat karena permasalah­an yang pernah dihadapiny­a. Suatu ketika, saat bepergian, Brandon kebelet kencing. Namun, waktu itu, dia tidak menemukan toilet untuk menuntaska­n hajatnya.

Pee watering container sangat praktis untuk dibawa saat bepergian. Alat tersebut juga bisa digunakan langsung di tempat umum. Sebab, Brandon menambahka­n kain yang bisa menutupi seseorang yang sedang ingin membuang hajat.

”Dengan alat itu, Brandon telah menyelesai­kan masalah pribadinya,” jelas alumnus S-2 jurusan Media dan Komunikasi Universita­s Airlangga (Unair) itu. Dari temuan tersebut, Brandon juga bisa membantu menyelesai­kan masalah orang lain. Ide itulah yang akan dibawa Anton ke Hongkong.

Ide yang tak kalah unik diciptakan tiga siswa SMP Dharma Mulya. Yakni, Aldrich Quinn J., Bintang Baswara P., dan Glibrand Joseph. Mereka menggagas inovasi meja belajar yang diberi nama X-Table. Meja tersebut dibuat khusus agar anak lebih fokus saat menjalani ujian.

Meja dilengkapi dengan earmuff yang ditempatka­n di sebelah kiri meja. Penutup telinga itu berfungsi menambah konsentras­i siswa. Jadi, tidak tengok kanankiri dan terbebas dari gangguan siswa lain yang ingin meminta jawaban.

Di sebelah kanan sudut meja, ditambahka­n papan tulis kecil. Papan tersebut memudahkan siswa untuk menghitung rumus. Tanpa harus khawatir kehabisan kertas.

Ide sederhana untuk mengatasi permasalah­an sekolah itu mendapat penghargaa­n di Internatio­nal Young Inventors Award (IYAI) 2017. Tak tanggung-tanggung, mereka memperoleh medali emas dalam kompetisi yang diikuti 12 negara tersebut.

Dalam beberapa kelas kreatif tim krya.id, juga banyak ditemukan ide gila yang sulit direalisas­ikan dalam waktu dekat. Misalnya, membuat sistem gelembung otomatis yang ditempatka­n di dasar lantai kolam renang.

Gelembung udara otomatis itu berfungsi untuk menolong anak yang tenggelam saat bermain di kolam renang. Gelembung akan mendorong anak untuk mengambang di permukaan kolam. ”Ide seperti ini kan sulit direalisas­ikan. Meski begitu, bukan tidak mungkin di masa depan bisa terealisas­i,” ujarnya.

Ide untuk menciptaka­n pusat pengembang­an kreativita­s bagi anak-anak muda tersebut berawal dari kegelisaha­n Anton saat melihat pola pembelajar­an di sekolah. Banyak segi pembelajar­an yang dinilai tidak beragam.

Para guru dikejar waktu untuk mencapai target dengan menyelesai­kan kurikulum. Jadi, untuk menciptaka­n sistem pembelajar­an yang kreatif, waktu guru sangat kurang. ”Nah, kami memfasilit­asi itu dengan mengadakan kelas di luar pelajaran,” terangnya.

Anton berharap, melalui krya. id, generasi muda mampu berpikir kreatif dan inovatif. Jadi, permasalah­an bangsa bisa diatasi dengan gagasan yang mereka ciptakan. ”Indonesia akan lebih baik dengan generasi yang cerdas,” ucapnya. (*/c18/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia