Jawa Pos

Suku Pengelana Lautan

-

ZULKIFLI Azir mengatakan, setelah sekitar 30 tahun mempelajar­i sejarah dan jejak suku Bajo di dunia, hingga kini dirinya belum mendapatka­n riwayat yang kuat ihwal awal mula munculnya suku tersebut. Termasuk dari negara mana suku itu berasal.

Yang berkembang hanya teori dari para sejarawan. Di antaranya tentang penelitian yang menyebut suku Bajo ada sejak 600 tahun sebelum Masehi di Pulau Samar, Filipina Selatan.

Suku itu terus berkembang seiring kehidupan umat manusia yang juga terus tumbuh dan berkembang. Termasuk masuk ke Indonesia dengan menempati kawasan-kawasan pesisir. Misalnya ke Derawan, salah satu kepulauan yang berada di Berau, Kalimantan Timur. Mereka menyatu dengan laut dan segala kekayaan yang ada di dalamnya. Hidup makmur dan rukun, menikmati aneka kekayaan alam laut yang berlimpah.

Dalam buku Ensikloped­i Suku Bangsa di Indonesia karya Dr Zulyani Hidayah, jumlah orang Bajo di Indonesia mencapai 50 ribu jiwa. Kelompok yang paling banyak jumlahnya berada di Sulawesi Tengah, disusul Sulawesi Selatan, Maluku, Kalimatan Timur, Kalimatan Selatan, Kalimantan Barat, Riau, dan Jambi.

Masyarakat suku bangsa di Sulawesi Tengah umumnya menyebut mereka orang Bajau. Di sekitar perairan Malaysia disebut Bajaw. Di perairan Filipina bagian selatan suku bangsa itu disebut orang Sama. Dalam literatur modern disebut The Sea Gypsy. Bahasa Bajo yang terdapat di lingkungan perairan Indonesia memperliha­tkan ciri kebahasaan yang sama. Hanya berbeda dialek dengan bahasa Bajo di Malaysia dan Filipina Selatan. Bahasa mereka sama karena selalu mengadakan interaksi musiman secara teratur.

Selain itu, masih dalam buku karya Zulyani, di beberapa daerah, pengaruh sistem kepercayaa­n animisme laut masih amat kuat pada masyarakat Bajo. Itu menjadi salah satu ciri kebudayaan mereka yang khas tersebut.

Pengaruh agama Islam diperoleh lewat interaksi dengan pelaut Bugis yang juga tersebar di berbagai perairan Nusantara. Sistem kepercayaa­n mereka merupakan sinkretism­e antara Islam dan keyakinan yang diturunkan nenek moyang. Masyarakat suku Bajo tak pernah meninggalk­an ibadah. Karena itu, mereka tak akan melaut pada hari Jumat. Sebab, umat Islam berkeyakin­an bahwa Jumat merupakan hari mulia. Induk semua hari. Umat Islam harus memanfaatk­annya dengan maksimal agar lebih dekat dengan Tuhan. (fai/c11/dos)

 ??  ?? HAIRUL FAISAL/JAWA POS TEMPAT REHAT: Pantai Karangkong­o adalah salah satu tempat favorit warga untuk melepas lelah setelah seharian bergelut dengan pekerjaan masing-masing.
HAIRUL FAISAL/JAWA POS TEMPAT REHAT: Pantai Karangkong­o adalah salah satu tempat favorit warga untuk melepas lelah setelah seharian bergelut dengan pekerjaan masing-masing.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia