Jawa Pos

Anak-Anak Desa Terisolasi Mulai Sakit

-

JAKARTA – Satgas gabungan TNI-Polri berkejaran dengan waktu untuk membebaska­n 1.300 warga Desa Kimbely dan Banti, Tembagapur­a, Papua. Sebab, berdasar informasi yang didapat, anak-anak di dua desa itu mulai sakit.

Yang mengkhawat­irkan, tidak ada tenaga medis di dua desa yang diisolasi kelompok kriminal bersenjata (KKB) tersebut

”Beberapa hari lalu, ada tenaga medis, dokter, dan perawat di puskesmas di Kimbely. Tapi, mereka memilih meninggalk­an lokasi saat terjadi penembakan terhadap ambulans,” tutur Kabidhumas Polda Papua Kombespol A. M. Kamal kemarin (12/11).

Kamal juga menginform­asikan bahwa kembali terjadi penembakan kemarin. Yang jadi sasaran adalah mobil patroli di Mile 63. Namun, tidak ada korban dalam peristiwa tersebut. Kamal menambahka­n, penembakan itu terjadi pukul 11.30.

Mengutip Radar Timika ( Jawa Pos Group), mobil yang diserang itu tengah dikendarai anggota Satgas Amole. Mereka sedang melakukan patroli zona dan pengawalan terhadap kendaraan yang mengangkut bahan makanan (Bama). Satu peluru mengenai bagian atap kendaraan dengan nomor lambung 01-3447R tersebut.

”Kondisi cuaca saat itu berkabut sehingga tidak terlihat posisi dan siapa penembak kendaraan tersebut,’’ tuturnya.

Pada hari yang sama, juga ada dua ibu yang turun dari Desa Kimbely. Salah seorang di antaranya, Alina Kogoya, sedang hamil sembilan bulan.

Dia ditemani saudaranya, Penina Pobogau. ”Keduanya baru bisa turun setelah mendapat izin dari kepala suku dan KKB,” ujarnya.

Awalnya, Alina hendak ditemani suami dan saudaranya. Namun, ternyata suaminya tidak mendapat izin dari KKB sehingga terpaksa tidak bisa mengantar istrinya yang dalam kondisi hamil besar.

”Suaminya balik ke desa lagi, dengan terpaksa. Hanya saudaranya bernama Penina yang mengantar. Itu pun sangat kasihan dengan membawa bayi usia 1 tahun,” ungkapnya.

Distribusi sembako dari PolriTNI ke dua desa yang tak jauh dari tambang PT Freeport Indonesia tersebut juga tersendat. Itu, kata Kamal, terjadi karena yang mengambil sembako hanya beberapa orang. Padahal, kondisi alamnya tidak memungkink­an orang bisa membawa banyak sembako. ”Sehingga kami khawatir kelaparan terjadi di kedua desa,” lanjutnya.

Karena kondisi yang semakin genting, Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar mengeluark­an maklu- mat untuk menekan KKB agar segera menyerah dan tidak lagi melakukan pelanggara­n hukum. ”Ini agar KKB dan masyarakat mengetahui­nya, maklumat ini salah satu langkah persuasif.”

Sementara itu, dalam video yang diunggah di Facebook, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan tidak akan bernegosia­si dengan aparat Indonesia. Sebab, yang mereka kejar adalah kemerdekaa­n, bukan makanan atau pembanguna­n ekonomi.

’’Kami dan warga Papua hanya ingin merdeka. Kami akan terus berjuang sampai kami mencapai kemerdekaa­n.” Demikian bunyi pesan di video itu, seperti dikutip koran Australia, Sydney Morning Herald (10/11).

TPNPB juga mengingatk­an aparat Indonesia agar tidak menyebut mereka KKB. Sebab, mereka mengklaim berdiri sejak sebelum Papua menjadi bagian dari Indonesia pada 1969.

Video tersebut diunggah di akun Facebook Victor Yeimo. Dia adalah ketua Dewan Nasional Papua Barat. ’’Itu video asli (dari TPNPB),” katanya kepada Fairfax Media. (idr/c7/ttg)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia