Limbah Sawit yang Melindungi Kepala
Tidak banyak yang mengira ada manfaat lebih dari limbah tandan kosong kelapa sawit. Gema Sukmawati mengubah itu menjadi material yang mumpuni untuk bahan membuat helm. Peranti penting untuk melindungi kepala dari benturan saat kecelakaan.
GEMA bercerita, di Jawa Barat, sebuah perkebunan kelapa sawit selalu menghasilkan kurang lebih 30 ton limbah per bulan. Lalu, di Banten setiap bulan juga terdapat 60 ton limbah sawit. ’’Limbahnya selalu dibuang begitu saja menjadi kompos. Peman_faatannya masih sebatas itu, hanya ditebarkan di perkebunan,’’ katanya. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar dunia.
Melihat kejadian itu, dia bersama dengan peneliti dari IPB, yaitu Siti Nikmatin, melakukan riset untuk keperluan tesis. Dia meneliti biokomposit seperti serat rotan dan serat alami yang lain sejak 2008.. ’’Lalu, pada 2015, ketika tesis, saya mulai meneliti serat sawit. Ternyata setelah kami uji hasilnya bagus untuk kekuatan mekanik. Biokomposit kelapa sawit memiliki nilai impact strength yang tinggi,’’ ujar perempuan lulusan IPB itu.
Kemudian, hasil dari risetnya menunjukkan material dari kelapa sawit tersebut mampu menyerap energi tumbukan. Salah satu aplikasi yang cocok dengan sifat material impact strength yang bagus adalah helm karena bisa menyerap energi tumbukan. ’’Akhirnya, berawal dari hasil riset untuk tesis, kami coba buat menjadi helm dan dikomersialkan hingga saat ini,’’ ceritanya.
Hasil risetnya adalah, saat terjadi benturan di kepala pada kecepatan 60 km per jam dengan getaran di kepala sebesar 72 megahertz, orang akan mengalami gegar otak. Namun, dengan adanya helm buatannya, saat terjadi benturan pada kecepatan yang sama, orang hanya mengalami getaran 42 megahertz karena adanya serat sawit yang menyerap energi tumbukan. ’’Itu berarti meminimalkan gegar otak. Sebab, banyak kejadian, ada orang jatuh kecelakaan, helmnya enggak apa-apa, tetapi orangnya mengalami gegar otak,’’ papar Gema.
Selain itu, helm yang dia produksi lebih ringan. ’’Helm yang berat, apabila dikenakan untuk perjalanan jauh, akan mengakibatkan pusing,’’ tutur perempuan 26 tahun itu.
Gema mengolah limbah sawit menjadi serat dengan berbagai macam ukuran. Satu helm terdiri atas 20 persen serat sawit atau setara 1 kilogram limbah tandan kosong sawit basah. Pemilihan ukuran serat bertujuan mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas helm dan besarnya biaya produksi. Kelebihan helm tandan kelapa sawit itu jika dibandingkan dengan helm yang beredar saat ini terletak pada seratnya. Meskipun banyak helm yang sesuai SNI, tidak ada yang memiliki serat di dalam bahannya.
Berkat tesisnya meneliti limbah sawit, kini dia mampu memproduksi 500 GC Helmet per semester. Harga setiap helmnya Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu. Pemasaran secara offline masih di area Jabodetabek. Tetapi, untuk pemasaran online, yakni melalui Instagram dan Facebook, pihaknya sudah merambah pasar di seluruh Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan. Adapun pusat dari usaha GC Helmet ter letak di Bogor. (charina marietasari/c4/sof)