Jawa Pos

Separo Pengembang Belum Nyumbang

Underpass Satelit Masih Kurang Rp 51 M

-

SURABAYA – Harapan pemkot agar para pengembang berkontrib­usi pada pembanguna­n kota masih bertepuk sebelah tangan. Lihat saja proyek underpass di bundaran Satelit yang tersendat. Pemicunya, fulus sumbangan pengembang ternyata macet. Di antara total kebutuhan Rp 74,8 miliar, para pengembang hanya bersedia menyumbang Rp 23 miliar. Kurang sekitar Rp 51 miliar.

Hingga kemarin (12/11), progres proyek bundaran Satelit masih mencapai 50 persen. Jalan terowongan yang menembus bundaran tersebut belum tuntas. Kontraktor PT Pembanguna­n Perumahan (PP) hanya menyelesai­kan overpass yang digunakan untuk pengalihan jalur saat pengerukan. Overpass sudah di- aspal, lampu penerangan dan traffic light juga sudah dipasang.

Overpass tersebut dibutuhkan saat dua sisi jalan di timur dan barat bundaran ditutup. Sebab, pengerukan terowongan dilakukan hingga luar bundaran. Fungsi bundaran untuk mengatur sirkulasi kendaraan bakal digantikan overpass. Manajer proyek underpass bundaran

Satelit Saleh Hendro berharap dana segar segera mengucur. Saat ini nilai pekerjaan yang telah dilaksanak­an mencapai Rp 32 miliar. Sementara itu, uang yang diterima masih Rp 23 miliar. Artinya, masih ada Rp 9 miliar anggaran yang harus ditagih oleh kontraktor. ”Baru 50 persen pengembang yang berkomitme­n,” jelasnya.

Agar cepat terlaksana, dilakukan perubahan rencana. Keperluan proyek dipangkas. Namun, hingga kini pemangkasa­n tersebut belum final. ”Masih menunggu keputusan,” jelasnya.

Rencananya, proyek underpass bundaran Satelit didanai belasan pengembang di daerah Surabaya Barat. Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur mengoordin­asi para pengembang tersebut. Waktu pembahasan mengenai

underpass sempat terpotong karena REI Jatim menggelar musyawarah daerah (musda) XIV untuk memilih ketua baru.

Danny Wahid terpilih pada awal September lalu menggantik­an Happy Gunawarman. Setelah menyusun kepengurus­an baru, dia siap melanjutka­n proyek tersebut. Tapi, dia menekankan bahwa REI tidak bisa menagih para pengembang. ”Karena pengembang kan menyumbang, bukan utang. Seharusnya pemkot yang bisa mendorong para pengembang,” ujar pria yang hobi berkebun itu.

Dia menyaranka­n pemkot memanggil seluruh pengembang untuk duduk bersama. Rencana mengumpulk­an para pengembang sebenarnya sudah ada, tapi hingga kini belum terwujud.

Menurut dia, pengembang pasti mau berpartisi­pasi. Namun, ada sejumlah keluhan yang dia dengar. Misalnya, soal kemudahan perizinan. Jika izin usaha pengembang­an wilayah dipermudah, pendapatan pengembang bakal bertambah. Dari situ, mereka bisa menyumbang lagi. ”Intinya saling komunikasi saja lah,” ujarnya.

Sejatinya, proyek underpass bundaran Satelit sangat berguna untuk mengurai kemacetan. Jika ada underpass, kemacetan di Jalan Mayjen Sungkono seperti kemarin tidak akan terjadi. Tumpukan kendaraan memanjang dari Ciputra World hingga bundaran Satelit. Kemacetan memanjang karena ada pengerjaan saluran dan pelebaran jalan di depan Taman Makam Pahlawan (TMP) Mayjen Sungkono. Jika underpass tuntas, kendaraan bisa langsung bablas ke barat. (sal/c7/oni)

 ?? SALMAN MUHIDDIN/JAWA POS ?? SIAP DILEWATI: Hanya pembanguna­n overpass bundaran Satelit yang sudah selesai. Terowongan di bawahnya belum tuntas.
SALMAN MUHIDDIN/JAWA POS SIAP DILEWATI: Hanya pembanguna­n overpass bundaran Satelit yang sudah selesai. Terowongan di bawahnya belum tuntas.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia