Resep Dibuat Sendiri
PENGGUNAAN obat-obatan di kalangan pelajar memang sudah ”naik daun”. Dari temuan di lapangan, mayoritas mengandung beberapa jenis zat. Diduga, setiap pelajar pengguna obat-obatan tidak hanya menggunakan satu jenis obat.
Hal itu dikarenakan sifat pelajar yang cenderung suka coba-coba. Mereka mencoba beragam efek samping yang dihasilkan. Mulai tahan melek, mual, hingga mabuk. Nah, efek tersebut banyak dicari dan dijadikan eksperimen oleh para pengguna. ”Mereka ingin mendapatkan sensasi yang berbeda,” ujar Pembina Yayasan Orbit Surabaya Rudhy Wedhasmara.
Pria yang juga berprofesi sebagai pengacara tersebut meyakini bahwa anak-anak seperti itu tidak tergolong coba pakai saja. Sebab, mereka sudah berani mencari sensasi lain. Tidak mungkin dilakukan anak-anak yang baru sekali atau dua kali mengonsumsi. ”Pasti mereka kenal banyak jenis obat yang bisa disalahgunakan,” terangnya.
Jika sudah ketemu komposisinya, resep obat tersebut beredar di kalangan sendiri. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan menyebar ke komunitas yang lebih luas. Hal itu didukung dengan kemudahan mendapatkan bahan-bahan di apotek dan toko kelontong. Kemudahan yang lain, tidak ada batasan usia dalam pembelian obat. Karena itu, kalangan pelajar sangat mudah untuk membeli. Untuk itu, Rudhy mengang
gap pencegahan penya- lahgunaan obat oleh semua pihak perlu dilakukan. Selama ini, upaya tersebut telah dilakukan, tetapi lebih berfokus pada bidang narkotika. Bukan penyalahgunaan obat keras ataupun berlabel biru dan hijau yang dapat disalahgunakan.
Penanganan pelajar yang terkena obat-obatan juga harus lebih humanis. Pihak sekolah tidak boleh arogan dengan mudah mengeluarkan siswa, tetapi harus melalui pembinaan. Di sisi lain, keberadaan konselor adiksi di berbagai institusi dan lapisan masyarakat juga diperlukan. (aji/c21/ano)