Buka sampai Malam, Prestasi pun Optimal
DIBUKA hingga pukul 20.00 setiap hari. Pantas jika Laboratorium Mini Bank Perbankan Syariah Umsida bisa digunakan mahasiswa sampai malam. Di tempat itu, mereka bisa berdiskusi dengan tenang sembari mencari literatur pendukung untuk tugas-tugas mereka. Tak terkecuali bagi mahasiswa yang tengah menggarap karya tulis.
Dua tim olimpiade prodi Perbankan Syariah FAI Umsida sudah mengecap manfaatnya. Mereka baru membawa pulang kemenangan dalam penulisan di bidang perbankan syariah. Tepatnya pada event Olimpiade Perbankan Syariah Tingkat Nasional 2017 yang diadakan di Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI), Surabaya.
Retty Isnawati dan Nasya Fira Efendi menjadi
juara Karya Ilmiah Terbaik dengan judul Sejahtera Ekonomi Petani Melalui Model Bisnis Jual Beli
Kolektif. Sementara itu, Arin Aprilia dan Nur Laili Afidah menjadi juara Esai Argumentatif Terbaik. Dalam lingkup ilmu perbankan syariah, event tersebut bisa dibilang cukup bergengsi.
Judul yang mereka angkat mengarah pada penguatan perbankan syariah berbasis kemasyarakatan. Bahkan, Arin dan Laili sempat melakukan survei terhadap para pengguna produk perbankan syariah yang dirasa minim jika dibandingkan dengan bank konvensional. Judul esainya adalah Uluran Tangan Rabbani Muda untuk Masyarakat.
’’Bagaimana membentuk sirkulasi perbankan yang sehat secara syariat,’’ terang Arin. Menurut dia, perbankan syariah bisa maju jika seluruh umat muslim yakin akan manfaat menabung secara syariat. ’’Salah satunya kan bisa dimanfaatkan untuk pembangunan yang positif sesuai syariat Islam. Salah satunya, ekonomi untuk umat,’’ imbuhnya.
Karya tulis Retty dan Nasya tak kalah bergengsi. Mereka membahas prinsip bagi hasil dan menempatkan nasabah sebagai mitra dalam perbankan syariah. ’’Kami coba terapkan ini ke petani,’’ jelas Retty.
Mahasiswi semester V itu melanjutkan, para petani harus didorong untuk menerapkan sistem pembelian dan penjualan produk pertanian secara kolektif. Langkah tersebut efektif untuk memotong mata rantai praktik permainan harga oleh tengkulak. Retty ingin menunjukkan bahwa toko tani dengan sistem perbankan syariah bisa menjadi solusi.
Konsep itu dimatangkan di Laboratorium Mini Bank dengan bantuan dosen. ’’Kami selalu berdiskusi dan mencari referensi di sini,’’ kata Retty. ’’Kami juga bisa belajar tentang model praktik pembukaan rekening, pemblokiran tabungan, dan klaim nasabah dengan logika-logika perbankan syariah yang lengkap,’’ timpal Laili.
Kepala Prodi Perbankan Syariah Umsida Reni Oktafia menyatakan, fasilitas yang tersedia di Laboratorium Mini Bank ditambah setelah dana hibah dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) cair. ’’Rencananya, ditambah pembelajaran e-commerce dan mobile payment,’’ ungkapnya. Tujuannya, merespons dinamika ekonomi dan perbankan yang semakin digital. (via/c18/pri)