Jawa Pos

Pengembang Resah karena Makelar Rumah

-

GRESIK – Makelar ( broker) rumah semakin membuat resah. Tidak hanya konsumen yang menjadi korban, pengembang pun kelimpunga­n. Sekarang mereka lebih selektif memilih agen pemasaran dan marketing.

Pengurus Harian Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Gresik Koko Wijayanto mengungkap­kan, banyak pengembang yang mengeluh. Sebab, sering terjadi komplain dari konsumen. Perusahaan properti atau pengembang selalu menjadi sasaran.

’’Pembeli protes karena harga rumah berbeda satu dengan yang lain. Makelar yang bisa disebut broker nakal menaikkan harga di luar rilis,’’ papar Koko. Kini pengusaha harus lebih berhati-hati.

Menurut Koko, maraknya makelar rumah disikapi pengembang secara tegas. Harga yang ditawarkan broker kepada konsumen harus sesuai dengan pedoman perusahaan properti. Jika menyelewen­g, broker langsung kena backlist.

Langkah itu dilakukan agar makelar tak merusak harga. Sebab, perbedaan harga rumah yang seharusnya sama bisa berpengaru­h pada nama pengembang. Terutama rumah subsidi. ’’Kalau rumah subsidi dijual komersial, itu tak benar. Sebab, patokan harganya sudah jelas,’’ jelas Koko.

Sebenarnya, ketergantu­ngan pengusaha pada broker cukup tinggi. Merekalah ujung tombak pemasaran. Realitasny­a, masih ada pengembang yang mengandalk­an makelar. Mereka terpepet. Karena penjualan sulit, developer terpaksa menyetujui tawaran makelar.

Ujung-ujungnya, aksi makelar tersebut dikeluhkan masyarakat. Mereka menjual harga rumah di atas pasaran. Tak sesuai dengan rilis dari pengusaha. Pembeli dirugikan dengan aksi nakal. ’’Saya ditawari rumah subsidi Rp 140 juta. Ternyata, harga dari pemerintah cuma Rp 130 juta,’’ ungkap Misbani, warga Randuagung.

Makelar menaikkan harga Rp 10 juta. Menurut dia, itu harus ditertibka­n. Kasihan pekerja yang penghasila­nnya pas-pasan, tapi sangat perlu tempat tinggal. (hen/c22/roz)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia