Jawa Pos

Tak Perlu Kejar Serbasempu­rna

Ujian dimulai 15 menit lagi, tapi masih kena macet di jalan? Atau mau meeting, tapi presentasi tertinggal di rumah? Tentu, yang kita rasakan adalah panik luar biasa. Itu normal. Namun, ada kalanya kepanikan muncul tanpa sebab dan mengambil alih kita. Itul

-

SETIAP orang diciptakan dengan rasa panik sebagai benteng diri. ” Panik adalah bentuk cemas yang alami pada manusia. Ia muncul saat seorang individu menghadapi situasi yang mengancam,” jelas dr Sadya Wendra SpKJ. Spesialis kesehatan jiwa RSAL dr Ramelan itu menjelaska­n, sikap tersebut muncul ketika ada pemicu. Contohnya, situasi yang tersebut di atas, terlambat masuk kelas, atau menghadapi momen-momen penting.

Kecemasan dianggap tidak normal jika berlangsun­g berkepanja­ngan (maladaptif) dan muncul tanpa sebab. Menurut Sadya, hal itu merupakan bentuk gangguan mental emosional. ”Dari riskesdas (riset kesehatan dasar, Red), angka kejadian gangguan mental emosional terbilang tinggi. Yakni, 11,6 persen atau satu dari sekitar dua puluh orang di populasi,” tuturnya.

Nah, salah satu bentuk gangguan kecemasan adalah serangan panik atau panic attack. Sesuai namanya, kepanikan tersebut datang tidak terduga. Sadya memerinci gejalanya. Di antaranya, tiba-tiba muncul sensasi nyeri di dada, napas pendek atau sesak, disertai ketakutan parah seperti diteror. Serangan tersebut biasanya berlangsun­g 2 menit hingga 30 menit.

Kasubdeg Ilmu Kesehatan Jiwa di RSAL dr Ramelan itu menjelaska­n, serangan panik dianggap gangguan jika berlangsun­g terus-menerus selama sebulan. Menurut dia, ketika serangan terjadi, penderita mengalami rasa takut yang tidak rasional. ”Mereka khawatir akan mati, gila, atau mengalami cacat,” kata Sadya. Ada pula penderita yang mengalami anxiety

anticipato­ry, yakni kepanikan yang muncul setelah membayangk­an sesuatu yang bakal terjadi. ”Misalnya, ketika akan pergi naik kapal, dia khawatir kapal bocor, cuaca buruk, hingga kemungkina­n menabrak,” imbuhnya.

Ketakutan-ketakutan yang intens tersebut membuat penderita panic attack cenderung tertutup. Menurut dr Nalini Muhdi SpKJ(K), penderita biasanya menyembuny­ikan diri. ”Mereka takut dibilang gila, pura-pura. Sehingga, rata-rata langsung ke psikiater,” jelasnya.

Nalini menjelaska­n, bersembuny­inya penderita serangan panik juga tidak lepas dari ketidaktah­uan masyarakat tentang gangguan tersebut. ”Saat menemui penderita yang sedang serangan, banyak yang beranggapa­n mereka lebay. Akhirnya, penderita malah dimarahi atau dikata-katai,” paparnya.

Padahal, menurut dokter yang juga dosen di Universita­s Airlangga itu, pasien justru membutuhka­n dukungan dan reassuranc­e dari orang sekitar agar lekas pulih. Nalini menegaskan, hal tersebut membantu penderita tetap aktif dan produktif.

Penerima Satyalanca­na pada 2005 itu menyatakan, pasien umumnya tidak berani sendirian. Mereka khawatir terjadi kecelakaan, diculik, atau mengalami hal yang mengancam nyawa kalau keluar rumah. Nah, mereka membutuhka­n teman saat beraktivit­as atau keluar rumah. Tidak jarang, sebagian penderita justru mengalami agoraphobi­a atau fobia di tempat ramai. Nalini menjelaska­n, pasien juga memerlukan dukungan sekitar yang sifatnya meyakinkan. Satu fakta yang jarang diketahui orang, pasien sering mengira serangan panik itu akan membuat mereka mati. Padahal, tidak ada kasus kematian gara-gara panic attack. Nalini menegaskan, gangguan tersebut sama dengan flu atau pilek. Sama-sama bisa sembuh dan membaik. Asal diterapi atau diobati.

Dalam terapi penyembuha­n, penderita akan dituntun untuk mengubah pola pikir. Sebab, menurut Nalini, banyak orang yang menderita

panic attack akibat sikap perfeksion­is dan tidak asertif. ” Mindset itulah yang perlahan diubah. Selain mengubah gaya hidup, penderita diarahkan agar tidak mengejar ’serbasempu­rna,’,” jelasnya.

Nalini menambahka­n, pasien yang diterapi umumnya lebih mampu menguasai diri. Karena mampu mengontrol, frekuensi serangan panik semakin jarang. Nalini dan Sadya menyatakan, serangan panik merupakan gangguan mental emosional yang angka kejadianny­a tinggi. Pria maupun perempuan bisa mengalamin­ya. Rentang usianya pun cukup muda.

”Onset (awalan) biasanya mulai dewasa muda, 20 tahunan,’’ kata Nalini. Meski tidak mengancam nyawa, serangan panik bisa mengurangi kualitas hidup seseorang. (fam/c6/na)

 ??  ?? BUKAN LEBAY: Orang yang menderita panic attack sering tiba-tiba cemas berlebihan tanpa ada sebabnya. Serangan panik diikuti oleh sejumlah gejala fisik.
BUKAN LEBAY: Orang yang menderita panic attack sering tiba-tiba cemas berlebihan tanpa ada sebabnya. Serangan panik diikuti oleh sejumlah gejala fisik.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia