Mendongeng Bareng si Comel
Kompetisi antarkomunitas For Her Tangkis Bersama Antangin JRG membangkitkan semangat perempuan dari berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, para perempuan yang tergabung dalam Komunitas Tangan di Atas Perempuan (TDAP) Batam.
KOMUNITAS ini merupakan bagian dari Tangan di Atas (TDA). Awalnya, kegiatan utama mereka meliputi hal-hal dalam bidang kewirausahaan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak kasus kekerasan terhadap anak yang membuat mereka tidak bisa tinggal diam. Lili Rowiana, koordinator komunitas itu, menuturkan bahwa tiga tema utama Tangkis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Yakni, melawan kekerasan seksual, anti
dan internet sehat. Baru-baru ini, di sekitar tempat tinggalnya, terjadi kasus pelecehan seksual yang cukup heboh. Sebab, pelakunya adalah seorang pimpinan pondok pesantren. ”Mengejutkan, karena lokasinya tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal saya. Banyak anak teman yang berada di sana,” terangnya.
Kasus itu ditangani polisi dan pondok pesantren telah dibubarkan. Berangkat dari kasus itu itu, Lili dan anggotanya melakukan road show dari satu komunitas ke komunitas lain. Misalnya, melakukan penyuluhan terhadap anak-anak yang tinggal di panti asuhan. Mereka melakukan pendekatan dengan anak-anak melalui dongeng.
”Saya turun tangan langsung untuk mendongeng,” kata perempuan yang belajar storytelling secara otodidak tersebut. Saat mendongeng, Lili biasanya membawa boneka tangan bernama Comel. Boneka itu digambarkan sebagai anak perempuan yang cerdas, cantik, dan ramah.
Dongeng tersebut diselipi berbagai pesan moral. Misalnya, anak-anak tidak boleh membuka baju di sembarang tempat saat akan mandi. ”Karena itu, mereka akan terlatih untuk malu dan menjaga bagian tubuh yang tidak boleh dilihat serta disentuh siapa pun,” katanya.
Lili juga pernah mendongeng tentang antiperundungan di hadapan 600 anak yatim piatu se-Batam. TDAP membuka lebar pintu bagi komunitas atau lembaga mana pun yang mau mengundang mereka untuk melakukan kampanye. ”Sama sekali tidak dipungut biaya. Tapi, kalau dikasih, langsung dimasukkan ke kas komunitas,” imbuhnya.
Komunitas itu blusukan ke beberapa kompleks perumahan. Terakhir, mereka merangkul sebuah kompleks perumahan yang sempat dimasuki pedofilia. TDAP berusaha membantu koordinasi melalui grup WhatsApp yang melibatkan warga setempat. Tujuannya, hal serupa tidak lagi terjadi. Mereka mengajak ketua RT, RW, dan petugas keamanan setempat untuk memikirkan langkah- langkah yang tepat kalau bertemu pelaku. (adn/c16/na)