Poros Jatim Emas Rawan Batal
PAN Masih Berharap Khofifah, PKS Tetap Ingin Saifullah Yusuf
SURABAYA – Rencana Partai Gerindra, PAN, dan PKS membentuk poros baru bernama Jatim Emas terancam batal. Sebab, jajaran DPP masing-masing partai ternyata masih menjajaki peluang untuk bergabung dengan kubu Saifullah Yusuf atau Khofifah Indar Parawansa. Padahal, sebelumnya, poros Jatim Emas getol ingin mengusung calon muda alias generasi milenial.
Ketidakpastian poros Jatim Emas itu terlihat ketika Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan bertemu Khofifah. Dalam pertemuan di Jakarta tersebut, Zulkifli masih berusaha menawarkan beberapa kader PAN sebagai cawagub untuk menteri sosial itu. Dia kembali menyebut nama Masfuk (ketua DPW PAN Jatim), Suyoto (bupati Bojonegoro), dan Anang Hermansyah (anggota DPR). Tawaran Zulhas –sapaan akrab Zulkifli Hasan– tersebut menunjukkan bahwa pintu PAN masih terbuka untuk Khofifah.
Jika PAN benar-benar mendukung Khofifah, koalisi Jatim Emas dipastikan berantakan. Sebab, gabungan Gerindra dan PKS hanya punya 19 kursi. Perinciannya, Gerindra memiliki 13 kursi dan PKS 6 kursi. Padahal, syarat minimal untuk mengusung pasangan cagubcawagub adalah 20 kursi. Sementara itu, PAN memiliki 7 kursi di DPRD Jatim.
Di sisi lain, PKS terlihat belum sreg dengan koalisi Jatim Emas. Kendati ikut dalam pertemuan poros baru, sikap PKS masih abu-abu. Sekretaris DPW PKS Jatim Irwan Setiawan menyebutkan, tim pemenangan pemilu wilayah (TPPW) DPW PKS Jatim baru rapat pada Sabtu (18/11).
PKS juga akan bertemu PKB. Irwan menyatakan, PKS masih berkutat pada satu nama calon, yakni Saifullah Yusuf. Belum ada nama baru. Namun, tidak berarti PKS tidak punya stok calon. ”Dulu ada beberapa nama. Misalnya, Rofi Munawar, Sigit Sosiantomo, Jafar Tri Kuswahono, dan Hamy Wahyunianto. Rata-rata mantan ketua DPW,” ujarnya.
Bagaimana dengan Partai Gerindra? Sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim Anwar Sadad ternyata masih optimistis. Dia menegaskan bahwa tiga partai sudah sepakat dengan poros baru. Yang belum pasti hanya sosok cagub dan cawagubnya. Namun, Sadad mengakui bahwa kesepakatan tiga partai itu memang tidak tertulis. ”Ini kan gentlemen agreement, tertulisnya baru saat daftar ke KPU nanti,” jelasnya kepada Jawa Pos kemarin (14/11).
Poros baru ingin memunculkan figur baru. Namun, karena belum ada perjanjian tertulis, Sadad menganggap wajar manuver politik yang dilakukan partai lain dalam poros baru. Termasuk soal PAN yang membangun komunikasi dengan Khofifah dan PKS yang masih bertahan dengan nama Saifullah Yusuf. ”Semua kemungkinan bisa terjadi,” ucapnya.
Gerindra, lanjut dia, juga terus membangun komunikasi dengan calon yang ada. ”Dalam konteks komunikasi kan bisa saja, memangnya tidak boleh?” kilah politikus asal Pasuruan itu. Langkah tersebut tidak haram dilakukan parpol meski sudah menyatakan membentuk poros alternatif.
Kendati membangun komunikasi dengan calon yang ada, Sadad optimistis tiga partai itu punya kesepahaman. ”Kami sama-sama pegang komitmen,” tegasnya.
Bendahara DPW PAN Jatim Agus Maimun termasuk yang getol membentuk poros baru. Meski demikian, lanjut dia, tidak ada yang salah dalam komunikasi DPP PAN dengan Khofifah. Hal itu tidak menyurutkan niat PAN untuk bergabung dengan Gerindra dan PKS dalam membentuk poros baru. Apalagi, kedatangan Khofifah bukan atas undangan PAN, melainkan keinginan sendiri.
Dia menerangkan, kedatangan Khofifah ke PAN sekadar silaturahmi sekaligus bertanya dan berkonsultasi soal pilgub. Karena itu, wajar jika PAN memberi alternatif sebagai respons untuk Khofifah. ”Kalau belum ketemu jawaban, dimungkinkan poros baru itu terjadi,” terangnya. Sebab, berdasar survei yang dilakukan tiga partai, masyarakat antusias menanti kemunculan poros baru ini secara resmi. (deb/c16/oni)