Kenalkan Tembok Penuh Lukisan dan Abon Padmosusastro
Tiap kampung punya cara jitu untuk menyuguhkan inovasi yang berbeda saat penjurian Surabaya Green and Clean (SGC). Kemarin (14/11) dua kampung menampilkan karya seni bikinan warga. Media yang dipakai seadanya, tapi hasilnya luar biasa.
GANG Kalijudan V tampak biasa saat dilihat dari luar. Hanya ada tanaman hijau di kanan dan kiri. Namun, pemandangan berbeda saat masuk lebih dalam. Jalanan kampung dipenuhi lukisan. Sekilas, jalan selebar 2 meter tersebut mirip kain kanvas yang dihiasi bermacam lukisan.
Lukisan-lukisan bernilai seni itu memanfaatkan media seadanya. Tembok rumah warga yang sebelumnya kusam kini berganti wajah. Misalnya lukisan di tembok belakang rumah warga. Kebetulan, rumah warga tersebut membelakangi gang. Jadi, temboknya bisa dimanfaatkan untuk melukis. Tembok sepanjang 12 meter itu diisi tiga lukisan.
Lukisan pertama bercerita tentang kondisi Jalan Tunjungan era 1980. Lukisan kedua menggambarkan Monumen Mallaby di Jembatan Merah Plaza. Lukisan ketiga bercerita tentang Kembang Jepun atau Kya Kya tempo dulu.
Windi Ristiawan, ketua RT 2, RW 2, Kelurahan Kalijudan, mengatakan, semua lukisan tersebut dikerjakan warga. ”Kebetulan, ada yang jago melukis. Nah, ini hasilnya,” katanya.
Bukan hanya tembok yang menjadi media lukis. Jalan kampung juga dilukis tiga dimensi. Namun, dibutuhkan cara khusus untuk melihat lukisan itu secara utuh, yakni dari jarak tertentu. ”Ke depan, kami ingin cat lagi agar Kalijudan V lebih terkenal. Biar bisa buat fotofoto selfie,” ujar Windi.
Kreasi menarik juga datang dari kampung seni di RT 3, RW 2, Kelurahan Pakis. Saat tim juri datang, alunan ga- melan langsung menyambut. Musik tersebut dipadukan dengan tarian yel-yel ibu-ibu, remaja, dan anak-anak. Dandanan mereka unik. Anak-anak mengenakan kostum bujang ganong dan para remaja memakai kostum jaranan. Sementara itu, ibu-ibu mengenakan kostum hasil daur ulang sampah. Iringan lagu Jawa yang dipadukan dengan lirik tentang lingkungan menjadi yel-yel yang unik. Kelompok gamelan tersebut bermarkas di kampung seni. Memang kampung seni menghadirkan banyak sarana seni. Selain gamelan, perangkat band juga ada.
Berbagai produk UKM (usaha kecil dan menengah) juga menyambut tim juri. Ada jamu buatan warga. Minuman itu kini menjadi langganan beberapa perusahaan, termasuk Pemkot Surabaya.
Ada juga abon yang menjadi produk unggulan kampung seni. Wilayah kampung seni memang terkenal dengan olahan abonnya. Orang Surabaya lebih kenal dengan sebutan Abon Padmosusantro. Nama tersebut diambil dari nama jalan di sana. ”Rasa abonnya dijamin mantap,” ujar Amer Inanto, sang ketua RT.(*/ c11/oni)