Jawa Pos

Jumlah LSP-P1 Minim

-

SURABAYA – Jumlah lembaga sertifikas­i profesi pihak pertama (LSP-P1) di setiap SMK masih sangat minim. Faktor utamanya ketidaksia­pan sekolah menyediaka­n SDM dan sarana penunjang uji kompetensi. Siswa pun kesulitan untuk mendapatka­n sertifikas­i kompetensi itu.

Saat ini jumlah SMK yang memiliki LSP-P1 baru 10 lembaga. Jumlah tersebut sangat minim jika dibandingk­an dengan total lembaga SMK negeri/swasta di Surabaya yang mencapai 101 sekolah.

Jumlah pemilik LSP-P1 masih didominasi SMK negeri. Yakni, enam lembaga di antara total delapan SMK negeri. Sementara itu, LSP-P1 SMK swasta baru ada di empat lembaga. ”Jumlah ini tentu masih sangat kurang,” terang fasilitato­r LSP-P1 Jatim Titik Kusnenti.

Minimnya lembaga LSP-P1 di SMK swasta itu terjadi lantaran tidak semua yayasan siap membuka tempat uji kompetensi bagi siswanya. Ada dua alasan yang melatarbel­akangi. Pertama, ketersedia­an asesor untuk menguji dan belum siapnya tempat uji kompetensi (TUK).

Untuk mendirikan LSP-P1 secara mandiri, sekolah paling tidak harus memiliki dua asesor. ”Banyak sekolah yang beralasan mahal untuk membiayai guru yang akan menjadi asesor,” tuturnya.

Selain mempermuda­h mekanisme asesor, pemerintah sedang menerapkan sistem sekolah jejaring untuk mempercepa­t lulusan SMK tersertifi­kasi.

Kepala SMK Dr Soetomo Juliantono Hadi menyebut, sekolah saat ini telah mengusulka­n pendirian LSP-P1 ke BNSP. Dia mendaftar untuk jurusan perhotelan. ”Sekolah sudah mendaftar sejak Oktober,” tuturnya. (elo/c6/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia