Jawa Pos

Laka Turun, Tilang Naik

Hasil Anev Operasi Zebra Semeru 2017

-

SURABAYA – Kemarin (14/11) Operasi Zebra Semeru 2017 resmi berakhir. Dalam masa pelaksanaa­nnya, polisi berhasil menurunkan angka kecelakaan. Angka kecelakaan di Surabaya turun hingga 13 persen.

Data yang diambil merupakan perbanding­an dari tahun lalu. Selama 2016 tercatat ada 15 kejadian. Peristiwa tersebut terjadi selama operasi berlangsun­g. Pada 2017 angka kecelakaan menurun meski tidak signifikan. Dalam 13 hari terakhir hanya terjadi 13 kecelakaan.

Namun, korban meninggal dunia tidak menurun. Pada 2016 ada satu korban kecelakaan yang meninggal dunia. Hal itu terulang pada 2017. Adapun korban yang menderita luka berat justru meningkat. Pada 2016, ada satu korban yang menderita luka berat. Jumlahnya meningkat menjadi dua orang ’’ pada 2017. Kecelakaan memang tidak bisa dihindarka­n. Yang penting harus terus dikurangi,’’ ujar Kasatlanta­s Polrestabe­s Surabaya AKBP Adewira Negara Siregar.

Menurut dia, Operasi Zebra Semeru 2017 merupakan momen untuk menurunkan angka kecelakaan di Surabaya. Sebab, semua kecelakaan terjadi karena adanya pelanggara­n. Hal sepele bisa mengakibat­kan ’’ kerugian yang parah. Makanya, kami tidak memberikan ampun kepada mereka, pelanggar,’’ tegas perwira dengan dua melati di pundak tersebut.

Teori itu terbukti. Polisi juga mengumpulk­an data kecelakaan dalam jangka pendek. Tepatnya 13 hari sebelum Operasi Zebra Semeru dimulai. Dengan begitu, Korps Bhayangkar­a bisa melakukan evaluasi. Apakah operasi tersebut berhasil atau tidak.

Ternyata ada penurunan 75 persen, tepatnya ketika operasi berlangsun­g. Sebelumnya ada 52 kejadian yang tercatat Unit Laka Polrestabe­s Surabaya. Dalam 13 hari terakhir, hanya ada 13 kecelakaan. Menurut Adewira, angka tersebut sudah tergolong signifikan. Meski kurang me- muaskan jika dibandingk­an dengan tahun ’’ lalu. Jangan lagi berpikiran bahwa polisi menilang itu cari-cari, ini demi kebaikan,’’ jelasnya.

Adewira sengaja menggemble­ng anggotanya untuk menindak secara maksimal. Dengan begitu, masyarakat akan disiplin. Tilang yang diberikan polisi meningkat 54 persen. Pada 2016, mereka hanya menindak 17.228 kendaraan. Tahun ini angkanya melonjak menjadi 26.529 kendaraan.

Tilang terbanyak dikeluarka­n untuk dua pelanggara­n. Yakni, tidak melengkapi surat dan tidak memakai helm. Pelanggara­n terhadap kelengkapa­n surat menempati posisi pertama dengan jumlah 4.955 kendaraan. Penindakan tersebut cenderung berkurang jika dibandingk­an dengan tahun lalu. Tahun lalu angkanya mencapai 5.193 kendaraan.

Penindakan terhadap helm juga meningkat. Pada 2016 hanya tercatat 1.893 pengendara yang ditindak. Pada 2017, penindakan mencapai angka 4.378. Adewira menjelaska­n, dirinya memang melakukan pengetatan. Terutama untuk dua pelanggara­n tersebut.

Surat tilang dikeluarka­n untuk mengurangi terjadinya tindak pidana. Yakni, curanmor. Pengendara wajib memiliki STNK. Selain SIM, STNK wajib dipenuhi pengendara. Dengan surat tersebut, pengendara terbukti mendapatka­n kendaraan secara legal. Sementara itu, penilangan terhadap pengendara yang tidak memakai helm lebih ditujukan pada keselamata­n. Tepatnya menjaga nyawa ’’ pengendara. Coba kalau jatuh kepalanya terantuk benda keras, cedera nggak?’’ ucap polisi asli Medan tersebut.

Adewira berharap masyarakat lebih patuh dalam berkendara. Dengan begitu, angka kecelakaan bisa ditekan. Terlebih jika sudah tumbuh kesadaran dari setiap individu. Polisi tidak perlu meningkatk­an jumlah tilang untuk mengurangi angka ’’ kecelakaan. Kami adalah sahabat masyarakat. Tugas kami sebagai pengayom,’’ papar alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1999 tersebut. (bin/c15/ano)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia