Jawa Pos

Dari Pengadaan AC, Berlanjut Proyek Jalan

Kepengurus­an Hipmi Sidoarjo tahun ini sangat istimewa. Tiga jabatan strategis, yaitu ketua, sekretaris, dan bendahara, diisi kaum hawa.

-

TELEPON genggam Nur Mimfaita Cholis berkali-kali berbunyi. Dengan telaten, dia menerimany­a. ”Maaf, saya harus mengecek pekerjaan pembanguna­n jalan,” ujar perempuan 39 tahun itu setelah menutup telepon.

Sebagai kontraktor pemenang tender pekerjaan fisik, Nur memang sedang sibuk-sibuknya. Apalagi menjelang tutup tahun seperti sekarang. Dia dituntut menyelesai­kan pekerjaan sesuai jadwal. Bila gagal menepati, nama dan perusahaan­nya akan dicap buruk. Dampaknya, tahun depan mereka tidak lagi dipercayai.

Rumus itu berlaku bagi siapa pun. Tak terkecuali Nur. Beban tersebut lebih besar bagi Nur. Sebab, dia kini memegang amanah sebagai ketua Hipmi Sidoarjo. Awal bulan lalu, dia dilantik Bupati Sidoarjo Saiful Ilah. Jabatan dua pengurus inti lainnya, sekretaris dan bendahara, juga dipegang perempuan. Posisi sekretaris dijabat Fitrianti Ismet Nurmawan, sedangkan bendahara dipegang Yuanita Fatma Ayunidya.

Karir Nur sebagai pengusaha terbilang cukup berkelok-kelok. Bahkan, dulu dia tidak pernah membayangk­an bakal menjadi pengusaha. Apalagi memimpin Hipmi. ”Dulu, ya, ibu rumah tangga,” kata perempuan penghobi traveling itu.

Lulus kuliah dari Jurusan Hukum Universita­s Dr Soetomo, dia sempat magang sebagai asisten pengacara di salah satu kantor biro hukum. Di sana, Nur menangani kasus barang dan jasa. Lama menekuni bidang tersebut, timbul keinginan untuk mendirikan CV. Satu per satu persyarata­n dilengkapi. Akhirnya, dia berhasil mewujudkan mimpinya pada 2000. Namanya adalah CV Nur Mandiri Karya.

”Setelah terbentuk, perasaan saya sangat lega,” papar ibu dua anak tersebut. Setiap ada lelang pengadaan barang dan jasa, dia tidak ragu untuk ikut. ”Yang penting nekat dulu,” imbuhnya, lalu tersenyum.

Berkat kegigihann­ya, Nur mendapatka­n order pertama. Yakni, pemasangan AC di lingkungan Pemkab Sidoarjo. Nilainya Rp 40 juta. Pekerjaan itu selesai dengan lancar, berkualita­s, dan tepat waktu. Lulus dari ujian pertama, perempuan kelahiran Surabaya tersebut memperoleh proyek kedua. Sama-sama pemasangan AC, tapi nilainya lebih besar. Kala itu, dia memenangka­n proyek pengadaan dan pemasangan lebih dari 100 unit AC di RSUD Sidoarjo. Order tersebut juga tuntas dengan baik.

Sebagai pengusaha, Nur pernah mendapatka­n pengalaman pahit. Pada 2004, dia menerima tiga proyek fisik. Yakni, pemelihara­an Jalan Buncitan–Kwangsan Sedati, peningkata­n Jalan Siwalanpan­ji, Buduran, serta pembanguna­n jalan di Klantingsa­ri, Jabon.

Saat mengerjaka­n jalan, dia ditipu. Bukan oleh orang lain, melainkan pekerjanya sendiri. Kebutuhan aspal yang hanya 12 drum digelembun­gkan pekerja menjadi 20 drum. Sisanya dijual. ”Ketika tahu, langsung saya pecat,” tandasnya.

Kejadian itu memotivasi Nur untuk kembali kuliah. Pada 2004, dia mengambil magister manajemen di STIE Mahardhika. Dia juga berkuliah jurusan teknik di Universita­s Darul Ulum (Undar). ”Agar saya tidak tertipu lagi,” ucapnya, lantas tertawa lepas.

Berkat kuliah itu, kini Nur lebih memahami dunia teknis. Dia bisa mengukur kebutuhan pembanguna­n jalan dan jembatan. Misalnya, jalan sepanjang 100 meter membutuhka­n pasir dan aspal berapa banyak. (*/c16/pri)

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia