Dianggap Aset, Sapi pun Diasuransikan
Melanjutkan usaha yang sudahh dirintis keluarga bukan perkaraa mudah. Butuh konsistensi dann inovasi agar bisnis tersebutt berkembang dengan baik.. Itulah yang dipegang teguhh pelaku usaha mikro, kecil,, dan menengah (UMKM) Desaa Sidokepung dan Prambon..
JIKA berjalan-jalan ke Sidoarjo, jangan n lupa mampir ke Desa Sidokepung, Buduran. . Di sana ada peternakan sapi yang juga a menjajakan olahan susu sapi murni. Terdapat t sembilan rasa yang disajikan. Dijamin bisa a memanjakan para penikmat susu sapi.
Lokasinya tidak jauh dari Balai Desa a Sidokepung. Hanya sekitar 300 meter mengikuti jalan utama, peternakan sapi tersebut sudah terlihat di kanan jalan. Begitu mendekat, suara lenguhan sapi terdengar sayup-sayup di balik sebuah rumah bercat putih. Di sanalah rumah keluarga Imroatus Sholikah.
Dia adalah putri kelima dari delapan bersaudara. Dia dan kedua kakaknya, Muhammad Solikhan dan Mukhaiyah, bekerja sama mengolah susu sapi segar menjadi minuman aneka rasa. Pemeliharaan sapi-sapi menjadi tanggung jawab paman-pamannya.
Peternakan tersebut merupakan usaha yang dirintis kakek Imroatus sejak 1991. ’’Jadi, yang mengelola ini sudah generasi kedua dan ketiga. Kami semua saling kerja sama menjaga usaha ini tetap berjalan,’’ katanya. Dia dan Solikhan mengajak Jawa Pos untuk melihat kondisi peternakan. Di lahan sekitar 2 hektare tersebut, terdapat 60 sapi dewasa yang dipelihara serta beberapa anak sapi yang masih dalam proses perkembangan.
Saat itu ada petugas dari koperasi peternak yang memeriksa kesehatan sapi milik keluarga Imroatus. ’’ Sapi-sapi di sini diasuransikan seperti manusia. Kayak asuransi jiwa begitu. Jadi dicek kesehatannya,’’ tutur Solikhan. ’’Kalau mati mendadak, peternak bisa mengklaim,’’ lanjutnya. Butuh ketelitian yang tinggi dalam menjaga kesehatan ternak.
Selain kesehatan, kebersihan sapi dan kandang turut diperhatikan. Setiap pagi dan sore sapi-sapi dimandikan. ’’Tujuannya, susu tidak terkontaminasi ketika diperah. Jadi terjaga kehigienitasannya,’’ papar Solikhan. ’’Kalau ke sini pagi, pasti sapinya sudah cantik semua,’’ ucap Imroatus, lantas tertawa. Menurut dia, dalam sehari, sapi-sapi itu bisa menghasilkan sekitar 500 liter susu murni.
Setelah itu, susu masuk proses pengolahan. Mereka memasak susu murni tersebut dengan metode pasteurisasi. Yakni, mekanisme pemanasan dengan tujuan membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri pada susu. ’’Jadi, memasaknya harus di suhu yang terjaga. Harus di atas 70 derajat Celsius, tapi tidak boleh mencapai 100 derajat Celsius,’’ papar Solikhan. Sebab, kandungan susu akan hilang akibat pemanasan yang berlebihan.
Gula yang digunakan pun alami. Hasilnya, rasa gurih khas susu sapi masih terasa. Solikhan dan Imroatus memasak susu tersebut di dalam panci. Mereka lantas mengepaknya menjadi sembilan rasa. Yaitu, cokelat, orisinal, vanila, mocha, anggur, teh hijau, durian, stroberi, dan melon.
’’Kalau punya saya, brand- nya LinLin. Kalau punya Mas Solikhan, MiSo,’’ kata Imroatus. Dalam sehari bisa terjual 35 liter dengan omzet Rp 630 ribu.
Selain susu, Solikhan membuat es usil alias es susu pensil. Bentuknya memanjang seperti pensil. Dalam sehari, Solikhan membuat 500 es usil dengan harga per buah Rp 1.000. Produk tersebut sudah jadi langganan warung, penjual STMJ, dan pengolah makanan lain. (via/c15/ai)