Jawa Pos

Di Jalan Sunan Giri Muncul Parkir Rp 10 Ribu

Parkir lagi, parkir lagi. Keluhan tentang layanan satu ini muncul di seantero Kota Santri. Dari karcis kusut hingga narik tarif sembaranga­n. Bolo JP mengalamin­ya di beberapa lokasi.

-

TERIK matahari terasa menyengat akhir pekan lalu. Seperti biasa, Jalan Samanhudi padat. Lahan parkir sesak. Saat datang ke kawasan depan Pasar Gresik Kota itu, Bolo JP parkir motor. Seorang jukir menghampir­i. Tanpa basa-basi, dia menyodorka­n karcis merah jambu. Tertulis angka Rp 1.000.

Ketika ditanya soal karcis yang kusut, si jukir menjawab, ” Nggak apa-apa.” Dia lalu nyelonong pergi. Setengah jam kemudian, Bolo JP keluar melalui pintu selatan pasar. Begitu Bolo JP naik motor, jukir bertopi itu datang lagi. Tidak ada sepatah kata pun. Namun, gerak tubuhnya menjadi isyarat minta uang.

Bolo JP menyodorka­n uang Rp 2.000. Setelah terima uang, jukir ternyata meminta lagi karcis merah jambu itu. Dia lantas begitu saja pergi. ” Lho Pak,” ucap Bolo JP. Si jukir cuek saja. Dia terlihat mengatur mobil yang sedang sulit keluar dari parkiran.

Bolo JP sengaja me- - nunggu. ”Pak, karcisnya

kenapa kok diminta lagi,” ujar Bolo JP. ”Biasanya juga gitu,” jawabnya. ” Lha di situ kan tulisannya Rp 1.000. Kok tidak dikasih kembalian,” tanya

Bolo JP. ”Oh, Sampean minta kembalian toh,” tanya jukir. Setelah itu, barulah si jukir memberikan kembalian Rp 1.000. Apa katanya itu? ”Biasanya yang ngasih Rp 2.000 tanpa minta kembalian. Kalau diminta (kembalian, Red), ya saya kasih,” tambahnya.

Beda lagi parkiran di kawasan makam Sunan Giri. Tepatnya, Jalan Sunan Giri. Lokasinya memang berada di depan makam, tapi berbeda dengan lokasi parkir yang dikelola pemerintah desa.

Sabtu (11/11), Jalan Sunan Giri cukup padat. Banyak peziarah.

Jalan paving i tu padat oleh kendaraan. Mulai jenis Elf, Long Elf, sampai mobil pribadi. Jalan Sunan Giri tinggal separo karena dipakai untuk parkir. Padahal, sudah ada lokasi parkir khusus di Jalan Mayjen Sungkono.

Bolo JP menumpang salah satu Elf peziarah yang parkir di jalan. Begitu Elf mau keluar, seorang lelaki bertopi datang menghampir­i. Dia tidak mengenakan rompi. Gayanya seperti jukir. Mengatur kendaraan.

Ketika Elf hendak berangkat, pemuda itu menyodorka­n karcis. Warnanya abu-abu dengan tulisan angka Rp 1.500. Inilah yang mengejutka­n. Pemuda itu menarik Rp 10.000 dari sopir.

Bolo JP turun meminta penjelasan. ”Kok mahal, kan di karcis tulisannya Rp 1.500,” tanya Bolo

JP dalam bahasa Jawa. ”Walaupun parkir di situ, sama saja segitu,” jawab si jukir. Dia menunjuk lokasi parkir resmi yang dikelola pemerintah desa setempat.

” Tapi, itu kan resmi dikelola desa, lha Sampean ikut siapa?” tanya Bolo JP. Si jukir masih saja menjawab. ”Ini dikelola swadaya,

lapo emange?” jawabnya dengan nada tinggi. Bolo JP mengalah, memberikan Rp 10.000. Setelah menerima uang, si jukir pergi.

Di lokasi makam Sunan Giri, tarif parkir Rp 10.000 untuk Long Elf sejatinya lumrah. Namun, tarif itu hanya berlaku di parkiran resmi. Lokasinya depan makam Sunan Giri. ”Kalau di sini memang segitu,” ucap Ali, pengelola parkir resmi kawasan makam Sunan Giri. Dia menunjukka­n bukti tarif untuk empat kategori kendaraan.

Long Elf memang Rp 10.000. Elf biasa Rp 7.000. Tarif parkir Avanza dan Xenia Rp 5.000. ”Kalau motor cuma Rp 2.000,” lanjut Ali. Tarif itu sudah diatur dalam peraturan desa sebagai pendapatan Desa Giri.

”Kalau di sini mereka (jukir di kawasan makam, Red) jujur semua. Kalau (parkir, Red) yang di jalan tidak tahu,” kata Suwarni, salah seorang perangkat desa. Pihak desa tidak bisa mengontrol parkir di luar kawasan makam. Sebab, itu bukan wewenang desa. ( adi/c6/roz)

 ?? ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia