Truk Overload Bebas Berkeliaran
Salah Satu Pemicu Kerusakan Jalan Raya
SURABAYA – Salah satu penyebab rusaknya jalan adalah semakin banyaknya truk overtonase yang berkeliaran. Truk- truk itu bisa berkeliaran karena jumlah jembatan timbang di Jatim cukup minim.
Keluhan tersebut disampaikan Dirlantas Polda Jatim Kombespol Ibnu Isticha. Menurut dia, overtonase sangat mengkhawatirkan. Truk-truk itu seperti ada di mana-mana. Berdasar pantauan polisi, truk-truk tersebut bergerak semakin lambat. Tidak heran jika keberadaannya menimbulkan kemacetan. Padahal, kecepatan kendaraan di jalan umum idealnya di atas 40 kilometer per jam.
Yang disoroti Ibnu adalah truk-truk yang memuat material bangunan. Terutama jenis dump truck yang memuat sirtu. Kelebihan muatan sudah sangat keterlaluan. Yakni, lebih dari 20 persen dari kapasitas maksimal.
Selama Operasi Zebra kemarin, banyak ditemukan pelanggaran. Misalnya, kapasitas 10 ton diisi 12 ton. Bahkan lebih,’’ ucapnya.
Menurut Ibnu, salah satu penyebabnya adalah minimnya jembatan timbang. Berdasar pantauan timnya, hanya ada dua jembatan timbang yang beroperasi di Jatim. Tepatnya di Widang, Tuban, dan Widodaren, Ngawi. Kondisi itulah yang membuat para pemilik truk berani melebihi muatannya. Tetapi, kami tidak bisa menilang karena tidak punya bukti kuat,’’ tuturnya
Padahal, muatan berat tersebut berdampak buruk pada kondisi jalan. Aspal jadi mudah bergeser dan terkelupas. Apalagi jika kendaraan berjalan pelan dan berhenti. Daya tekan terhadap aspal semakin tinggi. Potensi terjadinya kerusakan jalan pun semakin besar.
Kondisi tersebut sinkron dengan temuan selama survei kelayakan jalan. Betapa tidak, jalan-jalan yang dilalui truk selalu rusak. Kondisi itu kian bertambah parah jika truk parkir sembarangan karena sopirnya istirahat. Daya tekan jalan tentu terjadi selama berjam-jam.
Sebelumnya, polisi menyoroti kerusakan jalan yang ditemukan di mana- mana. Jalan yang tidak segera diperbaiki itu memicu kemacetan dan kecelakaan yang fatal.
Ketua Satuan Kerja Metropolitan I BBPJN VIII Yudi Widargo mengatakan, semakin lambat laju kendaraan, beban yang ditopang aspal semakin berat. Berbeda jika kendaraan melaju di atas 40 kilometer per jam.
Durasi aspal dalam menahan beban pendek,’’ katanya.
Dia tidak bermaksud menyalahkan instansi lain mengenai kondisi itu. Yang pasti, BBPJN VIII akan bekerja sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Yakni, pengaspalan, penambalan, serta perbaikan untuk medan tanah gerak. Langkah tersebut tidak akan maksimal jika faktor lain tidak diperhatikan.
Sementara itu, Kasubbag Tata Usaha Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah (BPTDW) XI Jatim Eko S. Budi menuturkan bahwa kerusakan jalan disebabkan banyak faktor. Salah satunya, konstruksi jalan dan lapisan tanah itu sendiri. Juga, banyaknya truk yang tidak sesuai standar. Truk yang seharusnya tiga sumbu malah dipakai dua sumbu, ini kan menyiksa jalan,’’ paparnya.
Di sisi lain, dia juga mengakui minimnya jumlah jembatan timbang yang beroperasi. Itulah yang membuat peredaran truk overtonase menjadi lebih tidak terkontrol.
Menurut Eko, dari 20 unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor, hanya dua yang beroperasi. Sebab, masih ada transisi kepengurusan dari dinas perhubungan (dishub) provinsi ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Eko melanjutkan, saat ini pihaknya masih kekurangan sumber daya manusia. Jadi, pihaknya memprioritaskan titik-titik vital saja. Selain itu, ada kebijakan pembatasan jembatan timbang yang beroperasi. Secara nasional, hanya ada sembilan jembatan timbang yang beroperasi. Dua di antaranya bera- da di Jatim. Jatim termasuk besar jatahnya,’’ jelasnya.
Selama uji coba itu, pihaknya sudah menerapkan aturan yang cukup ketat. Jika over tonasenya melebihi 5–20 persen dari kapasitas maksimal, pengemudi langsung ditilang. Hukuman jadi lebih berat jika overtonase melebihi 20 persen. Kami langsung turunkan kelebihan muatannya,’’ tegasnya.
Namun, Eko menyebutkan bahwa kondisi itu hanya berlaku sementara. Jika pilot project tersebut berhasil, jumlahnya akan ditambah menjadi 25 jembatan timbang. Jatim sendiri akan kebagian sekitar 5–7 jembatan timbang. Nanti menunggu evaluasi lebih tepatnya karena disesuaikan dengan kebutuhan,’’ paparnya. (aji/riq/c15/git)