Doan Bagikan Tip, Yuyung Pamer Foto PSK
Sebanyak 12 mahasiswa Queensland University of Technology (QUT) Australia mengunjungi redaksi Jawa Pos kemarin (15/11). Mereka ingin memperluas wawasan tentang jurnalistik. Wartawan senior Doan Widhiandono dan fotografer senior Yuyung Abdi berbagi pengala
DISKUSI berlangsung seru. Terutama ketika Doan memaparkan materi tentang cara menyajikan berita. Dia mengungkapkan, salah satu tantangan yang dihadapi media cetak bukan lagi media online, televisi, atau kompetitor. Lebih dari itu. ” Tantangannya adalah para pembaca itu sendiri,” katanya.
Betapa tidak. Pembaca adalah raja yang berhak memilih media mana yang ingin dibaca. Termasuk konten seperti apa yang ingin dilihat. Karena itu, media harus beradaptasi dengan pembaca. Terutama mengenai hal-hal yang ingin diketahui para pembaca. ”Kuncinya ada tiga. Konten, desain, dan platform,” imbuhnya.
Doan juga membagikan tip agar berita menarik untuk dibaca. Di antaranya, mengurangi porsi ”apa” dalam sebuah berita dan menambahkan porsi ”mengapa”. Juga, mengurangi kemasan ” news atau berita” dan mengemasnya menjadi ”analisis”. Termasuk mengurangi sifat ”berita” dan mengubahnya menjadi ” story atau kisah”. Menurut dia, menulis sangat berkaitan dengan kemampuan bercerita.
Toby Rowen, salah seorang mahasiswa jurusan jurnalistik, tergelitik untuk mengajukan banyak pertanyaan. Dia beberapa kali mengangkat salah satu tangannya untuk menggali informasi dari Doan. Salah satu pertanyaannya berkaitan dengan berita yang diminati para pembaca Jawa Pos.
Diskusi bersama fotografer senior Jawa Pos Yuyung Abdi pun tak kalah menarik. Doktor di bidang fotografi itu menceritakan pengalamannya dalam menangkap sebuah momen foto. Menurut dia, dalam sebuah objek foto, bukan hanya situasi yang penting. ”Ekspresi juga penting,” ucapnya.
Menangkap momen langka merupakan sebuah objek foto yang menarik. Misalnya, ketika dia menemukan motor yang ternyata dikendarai enam orang. Ya, cerita-cerita di balik foto memang perlu disajikan. Dengan begitu, foto tidak sekadar foto, tetapi juga memiliki ruh. Dia berbagi kisah ketika memotret para pekerja seks komersial (PSK) yang menjadi informannya saat menempuh studi doktor jurusan sosiologi di Universitas Airlangga.
Dosen Jurnalistik QUT Angela Romano menyatakan, kesempatan berkunjung ke dapur redaksi Jawa Pos merupakan momen yang tepat untuk belajar jurnalistik. Para mahasiswa bisa belajar banyak hal secara langsung kepada para redaktur dan fotografer. Sebab, para mahasiswa yang terdiri atas jurusan jurnalistik, jurnalistik dan bisnis, serta jurnalistik dan hukum itu akan membuat buletin delapan halaman. ”Selain di Surabaya, kami akan berkunjung ke Universitas Pelita Harapan (UPH) di Jakarta,” ujarnya. Nanti 12 mahasiswa UPH menjadi kawan pendamping para mahasiswa QUT.
Mereka bakal terbagi dalam enam tim. Masing-masing tim memiliki topik yang menjadi tanggung jawabnya. Di antaranya, topik tentang perempuan, lingkungan, dan budaya. ”Semacam mini documentary,” tuturnya. Hasilnya akan ditampilkan dalam laman QUT.
Angela meyakini pengalaman itu menjadi bagian yang menarik bagi para mahasiswa. Sebab, pengalaman yang mereka peroleh bisa mendewasakan pola pikir. Termasuk memberi nilai tambah bagi kemampuan mereka secara profesional.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program kerja sama Australia dan Indonesia. Yakni, program New Colombo Plan dari pemerintah Australia. Para mahasiswa Australia mendapat pengalaman belajar di Indonesia. ”Kami sangat excited di sini,” imbuhnya. (*/c16/oni)