Kumpulkan Netizen, Kawal Medsos biar Tak Jadi Sumber Hoax
Menjelang pilkada serentak pada 2018, bukan hanya keamanan lingkungan yang diwaspadai pihak kepolisian. Dunia maya juga mendapat atensi besar dari petugas.
SALAH seorang netizen yang menghadiri acara silaturahmi dengan 390 warga di seluruh Jatim kemarin (15/11) adalah Novan Aditya. Pria 20 tahun itu sengaja datang dari Kota Pasuruan untuk menambah ilmu terkait media sosial yang baik. Memang, sejak menjadi korban kecelakaan lalu lintas pada 2012, tak banyak yang bisa dilakukan Novan. Kakinya lumpuh. Dia harus duduk di kursi roda.
Rasa traumanya bertambah begitu sang ibu, Siti Urifah, menjadi korban pembegalan setahun setelahnya. Tak ingin hal tersebut terulang, dia aktif menyuarakan informasi terkait lalu lintas, kriminalitas, dan otomotif di Facebook. Karena getol berkampanye, dia menjadi binaan Pol- resta Pasuruan. ’’Resah lihat berita yang nggak jelas,” ucapnya.
Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan, dalam situasi saat ini, pengendalian opini sangat penting. Sebab, potensi konflik makin besar menjelang tahun politik 2018. ’’Kami tidak mau kejadian di Jakarta terulang di Jatim,’’ ujarnya.
Yang dimaksud mantan Kadiv TI Mabes Polri itu adalah konflik sosial terkait pemilihan gubernur Jakarta. Polarisasi di masyarakat saat itu sangat besar. Menurut dia, hal tersebut hanya akan merugikan masyarakat. Permusuhan sulit diredam. ’’Di Jakarta sana, banyak yang belum berdamai. Masih ada saling sindir,’’ tuturnya.
Jenderal polisi bintang dua itu berharap masalah tersebut tidak terjadi di Jatim. Bibit-bibit ujaran kebencian dan berita hoax akan ditangkal sejak dini. Dalam tiga bulan terakhir, Tim Cyber Troops Polda Jatim menertibkan ratusan akun fake dan penyebar berita hoax. ’’Ada yang kami bina. Tapi, kalau tidak ada respons, kami tutup paksa,’’ tegasnya.
Dia melanjutkan, pengendalian opini sangat penting. Kasubbaghumas di polres jajaran harus aktif bekerja sama dengan netizen, terutama para buzzer. ’’ Jatim punya mekanisme sendiri dalam menyelesaikan masalah. Saya yakin Jatim aman,’’ katanya.
Berdasar analisis awal, akunakun palsu hampir ada di setiap kota. Terutama Surabaya dan Sidoarjo. Parahnya, sebagian pelaku adalah santri yang masih berada di dalam pesantren. Setidaknya, sudah ada dua santri dari Madura dan Pasuruan yang diproses lebih lanjut karena intens menyebarkan berita bohong.
Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera menambahkan, ada 220 ribu netizen potensial di Jatim. Jumlah itu terus tumbuh menjelang pilkada. Namun, pertumbuhannya didominasi akun palsu. ’’Sejumlah informasi yang mereka bagikan tidak terklarifikasi,” terangnya.
Karena itu, pihaknya akan gencar membina netizen agar tidak terprovokasi berita-berita miring. Terutama terkait isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). (aji/c18/ano)