Akselerasi tanpa Jeda, Tandingi Mesin Turbo
Dunia otomotif semakin dibuat yakin bahwa teknologi listrik adalah solusi kendaraan masa depan. Satu per satu celah kelemahan mesin listrik dapat ditutupi, bahkan dikembangkan jauh lebih baik.
KENDARAAN tenaga listrik juga bukan tanpa tenaga. Hal tersebut sudah dibuktikan berbagai brand otomotif yang mengembangkannya. Jawa Pos berkesempatan menjajal mobil listrik salah satu pabrikan asal Jepang, yakni Nissan. Mereka secara khusus membawa Nissan Note e-Power yang dijual di Jepang mulai September lalu.
Sekilas, Nissan Note e-Power tak ada bedanya dengan city car Nissan lainnya, yakni Nissan March. Interiornya pun tampil minimalis, tetapi dengan sentuhan futuristis di beberapa titik. Misalnya, di spion tengah yang berupa displai kamera belakang serta tuas persneling yang didesain bulat sehingga cukup digerakkan dengan jari.
Saat mesin dinyalakan, tak ada suara yang terdengar. Kabin yang kedap ditambah kesenyapan motor listrik bahkan cukup sulit membedakan antara posisi kendaraan sudah on atau off. Mobil bergerak pelan begitu rem dilepaskan. Saat mencoba kick down (menekan penuh pedal gas) di trek lurus, hasilnya sangat mengejutkan. Akselerasinya nyaris tanpa jeda. Torsi terisi penuh sejak jarum RPM meninggalkan angka 0. Sangat berbeda dengan mobil konvensional, terutama jenis city car, yang biasanya menunggu momentum di putaran tengah untuk mendapatkan torsi maksimal.
General Manager Research and Development PT Nissan Motor Indonesia Masayuki Ohsugi menuturkan, akselerasi tersebut bisa didapatkan karena mesin listrik tak butuh jeda untuk menyalurkan tenaga ke roda. Padahal, Nissan Note e-Power mempunyai motor listrik berdaya 80 kilowatt atau setara hanya 109 hp yang tak jauh berbeda dibanding power city car atau hatchback bermesin 1.300–1.500 cc.
”Respons akselerasinya instan, bahkan tanpa lag dibanding mesin berturbo sekali pun. Kecepatan 0–100 km/jam ditempuh dalam waktu 9 detik, lebih cepat 0,5 detik dibanding Nissan X-Trail yang mempunyai mesin 2.500 cc,” ujar Masayuki.
Memang secara prinsip, motor listrik memangkas banyak tahap yang biasa dilakukan mesin BBM untuk menggerakkan roda. Di tambah lagi, daya baterai pada mobil listrik sangat memengaruhi tenaga mesin. ”Semakin besar daya baterai, semakin instan akselerasi kendaraan,” ujar Mechanical Engineer Argonne National Laboratory Mike Duoba, salah seorang ahli yang mengembangkan standar plug-in hybrid, dilansir dari Livescience.
Mike menjelaskan, mesin bensin membutuhkan waktu untuk mendapatkan tenaga. Sebab, mesin internal combustion masih perlu mencampurkan bahan bakar dan udara untuk mendapatkan putaran mesin yang optimal. Di tambah lagi untuk meneruskan power ke roda, mesin BBM membutuhkan girboks untuk menyelaraskan putaran. ”Mesin listrik tidak membutuhkan itu,” ujarnya.
Hal itu juga yang mengantarkan Tesla S berada di peringkat ketiga sebagai mobil dengan ak- selerasi paling cepat di dunia. Mobil listrik besutan perusahaan yang dipimpin Elon Musk tersebut berhasil mengalahkan catatan waktu supercar yang jauh lebih mahal seperti Lamborghini Aventador dan Bugatti Veyron.
Soal efisiensi dan perawatan, motor listrik jauh lebih ekonomis. Hampir semua motor listrik menggunakan single rasio gear. Artinya, tidak ada perpindahan gigi sehingga sangat kecil ada kemungkinan energy loss. Tenaganya besar dengan sedikit moving parts. Artinya, mobil listrik juga menjanjikan biaya perawatan yang lebih minim.
”Mesin listrik kurang lebih hanya perlu menelan biaya maintenance Rp 130 ribu sampai Rp 150 ribu setiap 350 kilometer,” ujar Presiden Direktur Prestige Image Motorcars Rudy Salim sebagai importir yang memasukkan produk Tesla ke Indonesia. (agf/c21/sof)