Mugabe Tetap Menolak Mundur
Tak Hiraukan Desakan Militer, Gereja, dan Kelompok Sipil
HARARE – Dikudeta dan berstatus tahanan rumah tidak membuat Robert Mugabe melunak. Sampai kemarin (16/11), presiden Zimbabwe itu tetap ngotot mempertahankan jabatan.
Negosiasi Mugabe dan perwakilan militer yang melibatkan tokoh agama di Blue House, kediaman resmi presiden di Harare, berlangsung alot. Rakyat Zimbabwe pun cemas menanti kabar. ”Terjadi perdebatan seru. Intinya, mereka mendesak presiden agar menyudahi kepemimpinannya,” kata seorang sumber pemerintahan.
Tapi, Mugabe yang berkuasa di Zimbabwe sejak 1980 tak menggubris desakan-desakan tersebut. Dia bersikeras melanjutkan kepemimpinannya sampai masa jabatan berakhir.
Fidelis Mukonori, pastor yang bertugas sebagai mediator dalam pertemuan kemarin, juga gagal merayu Mugabe. Suami Grace itu tak mau tunduk pada militer yang menginginkan pengunduran dirinya.
Dia juga tidak menggubris permintaan tertulis sekitar 100 kelompok masyarakat yang menginginkan dirinya lengser. Mereka juga mengimbau militer menghargai proses demokrasi dan tunduk pada konstitusi.
Selain kelompok sipil, imbauan serupa muncul dari gereja. Para pemimpin gereja di Kota Harare dan sekitarnya berharap Mugabe dan militer bisa menyelesaikan krisis dengan bijaksana.
Semua itu dilakukan demi terwujudnya transisi damai yang diharapkan sebagian besar warga. ”Sebagai rakyat, yang saya harapkan hanya perdamaian, stabilitas keamanan, dan perbaikan ekonomi,” kata Cletus Mubaiwa, penduduk Harare.
Rabu lalu (15/11) militer mengudeta Presiden Robert Mugabe yang pekan lalu mendepak wakilnya, Emmerson Mnangagwa. Kup bermula dari pengambilalihan stasiun televisi ZBC milik pemerintah sekitar pukul 04.00 dini hari. Tak lama kemudian, tank-tank militer melintasi jalanan Kota Harare, ibu kota Zimbabwe.
Sama seperti sebagian besar penduduk ibu kota Zimbabwe, Mubaiwa tidak ingin terlalu lama terperangkap dalam ketidakpastian. Sebab, semakin lama kesepakatan tercapai, akan semakin lama pula warga hidup dalam ketakutan.
Sejak Rabu, Harare tak ubahnya pangkalan militer. Tank-tank militer masih bebas melintas di jalan raya. Di setiap sudut kota, tentara berjaga. Terutama di gedung parlemen dan sekitarnya.
Presiden Afrika Selatan (Afsel) Jacob Zuma langsung mengirimkan Menteri Pertahanan Nosiviwe Mapisa-Nqakula dan Menteri Keamanan Publik Bongani Bongo ke Zimbabwe. Sebagai pemimpin negara tetangga, dia berharap masalah internal Zimbabwe segera usai dan kehidupan kembali normal. Kemarin dua utusan Zuma itu bertemu dengan Mugabe dan membahas langkah sang presiden selanjutnya.
Sementara itu, bentrokan antara polisi dan aparat pecah di Harare kemarin. Awalnya, polisi yang berjaga di kompleks pemerintahan menegur tentara yang bertugas di sana. Karena tidak terima, polisi dan tentara pun cekcok. Pada akhirnya, para serdadu Zimbabwe itu mengamankan polisi-polisi Harare ke lokasi aman dan mengambil alih tugas mereka sendirian. (AP/Reuters/BBC/CNN/aljazeera/hep/c19/ttg)