Jawa Pos

Rindangnya Jalan di Bawah Pohon

Salah satu ikon trotoar alias jalur pejalan kaki yang cukup asyik adalah Jalan Raya Darmo. Benar-benar banget. Hijau dan rindang.

-

PERJALANAN Jawa Pos kemarin (16/11) diawali dari ujung selatan Jalan Raya Darmo. Pukul 09.00. Perjalanan itu dimulai di depan Kebun Binatang Surabaya.

Trotoar tersebut terasa nyaman. Apalagi kalau bukan lantaran pepohonann­ya yang rindang. Pohon ditanam di tengah-tengah trotoar yang sengaja dilubangi. Ketika hari cerah pun, berjalan di sana tidak masalah.

Ruas jalan itu sudah cukup familier dilewati warga Suraba ya. Bagaimana tidak, setiap Minggu ruas tersebut memang digunakan untuk kegia tan car free day ( CFD). Jalan yang biasanya dipenuhi ken da raan pun tumplek bleg dengan manusia.

Nah, pada hari kerja seperti kemarin, berjalan kaki di trotoar malah terasa lebih damai. Tidak banyak orang yang lewat. Sesaat, trotoar serasa milik sendiri.

itu juga ideal untuk berjalan kaki karena merupakan salah satu nadi Surabaya. Sekali jalan, Suroboyo banyak tempat bisa dicapai. Ratarata pusat bisnis dan ekonomi seperti bank dan perkantora­n. Lapar? Beberapa restoran cepat saji juga tersedia.

Kalau mau jalan agak jauh sedikit, tempat makan yang lebih murah bisa ditemukan di balik gedung-gedung perkantora­n itu. Harus masuk gang. Memang tidak semuanya punya akses trotoar, tapi cukup aman untuk jalan kaki karena jarang dilewati kendaraan.

Bangunan tua dan bersejarah tidak hanya ada di Jalan Rajawali dan sekitarnya. Jalan Darmo juga menyimpan bangunan kuno meski tidak sebanyak di kawasan utara

Misalnya, motor matik. Itu terlihat di Jalan Raya Taman hingga Trosobo. Banyak aspal bergelomba­ng. Memang, ruas jalan sepanjang 10 km itu selama ini sering rusak jalan. Truk bermuatan berat melaju dengan pelan. Badan truk yang bongsor memakan ruas jalan. Kendaraan lain sulit menyalip. Otomatis, kemacetan tidak terhindark­an. Itu terjadi hampir setiap hari. Apalagi, jalan tersebut adalah jalur utama lintas tengah dari arah Surabaya ke barat.

Kemacetan terjadi di setiap persimpang­an. Kemacetan bertambah panjang karena banyaknya tambal ban di jalan itu. Di jalan sepanjang 10 kilometer tersebut terdapat 31 tukang tambal ban yang beroperasi.

Masalahnya, pemilik truk memarkir kendaraan secara sembaranga­n saat menambal ban. Tentu saja sebagian ruas jalan semakin sempit. Jalan yang seharusnya bisa dilewati tiga truk secara berdamping­an akhirnya hanya bisa dilewati dua truk saja.

Nah, penumpukan kendaraan itulah yang selama ini merusak aspal. Tekanan dari truk overtonase secara perlahan menekan aspal. Semakin pelan kendaraan semakin besar tekanan beban tersebut. Aspal juga bisa rusak karena truk diparkir dalam jangka waktu lama.

Arep parkir nangdi? Ora ono panggone (Mau parkir dimana? Tidak ada tempat),’’ ujar Taufik, pengemudi asal Lamongan yang kemarin mengganti ban di sekitar McDonald, Taman.

Mau menambal di tempat lain, kondisinya bakal sama. Hampir seluruh tukang tambal ban yang berada di tempat tersebut tidak memiliki lahan untuk memarkir truk.

Jalan bergelomba­ng dan berlubang di daerah Taman– Trosobo terus diperbaiki sebulan belakangan. Namun, di sejumlah titik kerusakan terus terjadi meski berkali-kali diperbaiki.

Salah satu titik jalan rusak itu berada di depan McDonald. Jalan di sana terasa cekung. Saat hujan pasti tergenang. Aspal tambalan cepat mengelupas begitu terkena air.

Sama halnya dengan yang terjadi di persimpang­an Candi, Sidoarjo, menuju ke lingkar timur. Tepatnya di traffic light (TL) dari arah Pasuruan. Jalan rusak sepanjang 100 me te r terhitung mulai di bawah TL.

Aspal bergelomba­ng. Selisih antara cekungan dan cembungan cukup dalam. Sekitar 20 sentimeter.

Jika melihat konturnya, gelombang itu terjadi karena banyaknya dump truck yang mengantre di sana. Memang, dump truck tidak boleh lewat tengah kota. Mereka harus lewat Jalan Lingkar Timur Sidoarjo.

Namun, waktu tunggu lampu merah cukup lama. Yakni, selama dua menit. Sedangkan untuk lampu hijaunya hanya 40 detik untuk satu kali periode.

Hal itu yang membuat antrean yang didominasi dump truck mengular. Mereka berhenti dalam keadaan membawa beban berat. Jalan pun menjadi cepat rusak. Berdasar pantauan Jawa Pos, tahun ini setidaknya sudah dua kali titik tersebut diperbaiki.

Padahal, aspal bergelomba­ng kerap membuat kendaraan roda dua mengalami kecelakaan tunggal. Lebih-lebih kendaraan yang memiliki roda kecil seperti sepeda motor matik.

Wadirlanta­s Polda Jatim AKBP Muhammad Aldian menerangka­n, di beberapa titik roda sepeda motor jenis matik kalah tinggi dengan gelombang aspal. Roda motor kecil biasanya tidak mampu melewati aspal yang bergelomba­ng yang membuat pengendara kehilangan keseimbang­an,’’ terangnya.

Mantan Kapolres Pasuruan itu menambahka­n, dalam banyak kasus, motor akan jatuh setelah keseimbang­an terganggu.

Karena mendadak, kendaraan yang berada di belakangny­a sulit menghindar­i. Akibatnya, dampak kecelakaan menjadi fatal. Minimal luka berat, atau bahkan meninggal dunia.

Terkait penindakan truk atau trailer yang sering berhenti di sekitar tambal ban, polisi perlu memastikan ada atau tidaknya larangan berhenti atau parkir. Sebab, jika tidak, pihaknya juga tidak bisa menilang. Kalaupun truk parkir memakan badan jalan, polisi hanya bisa mengingatk­an.

Tetapi, polisi bisa mengupayak­an penertiban. Apa lagi jika truk yang parkir menunggu penambalan ban mengganggu pengendara yang lain. (sal/aji/c4/dos)

 ?? AHMAD KHUSAINI / JAWA POS ?? Spot
AHMAD KHUSAINI / JAWA POS Spot

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia