Jawa Pos

Inspirasi lewat Nada dan Suara

Musisi Difabel Hibur Surabaya

-

SURABAYA – Ada nilai lebih dalam konser musik Tony Memmel and Band di Universita­s PGRI Adi Buana (Unipa) kemarin. Bukan sekadar lantunan nada dan suara, melainkan juga taburan inspirasi untuk penonton.Konser tersebut merupakan rangkaian tur di Asia Tenggara dalam program American Music Abroad oleh Kementeria­n Luar Negeri Amerika Serikat.

Dan Tony Memmel adalah musisi difabel asal Amerika. Dalam bandnya, dia tampil bersama istrinya, Lesleigh Memmel dan sahabatnya, Joey Wengerd. Meski tangan kirinya tidak normal, hanya tumbuh separo, Tony sangat piawai bermain gitar.

Itulah kali pertama bagi musisi 31 tahun tersebut menyelengg­arakan konser di Asia Tenggara. Termasuk Indonesia. ”Saya juga kali pertama ke Surabaya,” ungkapnya di atas panggung. Karena itu, dia mengaku senang

Tony berharap konsernya dapat memberikan inspirasi bagi para penonton.

Dia meyakini sejak awal, keberhasil­an seseorang dipengaruh­i keinginan dan kerja keras. Kekurangan fisik tidak menjadi penghalang baginya untuk berkreativ­itas.

Kemarin dia membawakan 25 lagu. Beberapa lagu merupakan ciptaan Tony sendiri. Dua di antara lagu-lagu itu adalah Rock

and Roll was New dan Lucky Fin Song. Dua lagu itu ditulis Tony dengan lirik pemberi semangat kepada pendengarn­ya. ”Tentang perjuangan hidup. Tidak boleh menyerah,” ujar pria kelahiran Milwaukee, Amerika Serikat, 3 Desember 1986, tersebut.

Cerita-cerita dalam lagu itu juga merupakan curhatan Tony. Dia cacat sejak lahir. Awalnya, banyak yang mencela dirinya karena kekurangan fisik tersebut.

Tony juga pernah menyerah dan hampir putus asa. Namun, di kala itu, dia merasa beruntung. Ada keluarga yang selalu memberikan motivasi kepadanya.

Soal musik, Tony terinspira­si dari temannya yang pandai bermain gitar. ”Saat dia (temannya, Red) bermain musik seperti memberikan semangat bagi saya,” cerita anak sulung di antara dua bersaudara, tersebut.

Mulai dari situ, dia mengasah kemampuann­ya dalam dunia musik. ”Di sekolah saya dulu, musik jadi salah satu mata pelajaran,” katanya. Selain itu, Tony belajar secara otodidak.

Saat kali pertama melihat Tony membawa gitar, orang sering penasaran bagaimana cara dia memetik senar-senar gitar. Pertanyaan tersebut pasti langsung terjawab dengan kagum ketika melihat Tony bermain gitar.

Idenya sangat menarik. Dia menempelka­n selotip pada bagian ujung tangan kirinya. Di tengahteng­ah selotip tersebut, dia menaruh pick gitar. Tidak hanya pandai bermain gitar, dia juga pintar bermain piano dan harmonika. Suaranya juga enak didengar.

Dalam setiap konser, Tony selalu membawa misi lain. Dia juga memberikan workshop bermain musik. Terutama untuk penyandang disabilita­s. Dia pun berkunjung ke rumah sakit dan sekolah-sekolah.

Selain itu, Tony suka jalan-jalan mengunjung­i tempat wisata selagi konser tur. Mencicipi makanan lokal termasuk agenda yang tidak boleh dilewatkan. ”Kalau di Surabaya, saya ingin mencoba rujak,” ungkapnya.

Bagi Tony, setiap daerah memiliki cerita menarik. Kenangan selama perjalanan tersebut selalu diabadikan Tony dalam tulisan di media sosialnya.

Surabaya adalah kota kedua yang dikunjungi Tony and Band selama tur di Indonesia. Selama di Kota Pahlawan hingga hari ini (17/11), penyelengg­araan konser bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya.

Sebelumnya, dia menggelar konser di Medan. Setelah dari Surabaya, konsernya berlanjut ke empat kota lainnya. Yakni, Solo, Jakarta, Salatiga, dan Semarang. Selain Indonesia, konser itu digelar di Singapura, Malaysia, juga Kamboja. (bri/c25/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia