Tanam Pohon Cincau hingga Pasang Banyak CCTV
Mengubah kampung menjadi menarik dan nyaman dihuni memang tidak mudah. Butuh kekompakan dan ide kreatif. Kampung Lawas Maspati dan Demak Timur ini berhasil membuktikannya.
KAMPUNG Lawas Maspati adalah salah satu kampung wisata di Kota Pahlawan yang menarik untuk dikunjungi. Kali pertama masuk kawasan tersebut, pengunjung disuguhi rimbunnya daun-daun cincau di sepanjang jalan. Jika punya waktu lebih, pengunjung juga bisa menjajal mengolah daun cincau menjadi minuman segar.
Ya, lokasi tersebut berada di RT 1, RW 6, Kelurahan Maspati V, Bubutan. Salah satu peserta kategori kampung maju program Surabaya Green and Clean (SGC) 2017 itu memang menarik perhatian juri. Sebab, program-program lingkungan hijau yang ditawarkan sudah berjalan cukup baik.
Warga menyebut kampungnya sebagai Kampung Cincau. Selain menanam pohon cincau di sepanjang gang, warga memanfaatkan rumah kosong yang sudah dirobohkan sebagai kebun cincau. Tempat tersebut juga menjadi lokasi pembibitan cincau. ’’Ini rumah yang tidak terpakai. Daripada dibiarkan begitu saja, kami gunakan untuk kebun,” kata Antonius, ketua RT 1, RW 6, Kelurahan Maspati V.
Luas kebun itu 6 x 10 meter. Pohonpohon cincau tersebut merambat hingga ke atas dinding. Pembibitan dilakukan di sisi depan. Bibit-bibit itu siap dijual. Begitu juga daun dan minuman segar cincau.
Antonius mengatakan, pohon cincau ditanam sejak tiga tahun lalu. Tepat ketika pemkot menjadikan Kampung Lawas Maspati sebagai kampung wisata. Kini kebun cincau tersebut sudah menghasilkan keuntungan. ’’Penjualan bibit maupun daun cincau itu dipakai untuk pengelolaan kampung,” katanya.
Sebagai kampung wisata, Kampung Lawas Maspati juga membuat konsep sendiri untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. Para tamu sudah disambut di depan gang. Mereka diminta mengenakan udeng dan sarung. Tidak peduli perempuan maupun laki-laki. ’’Udeng dan sarung ini identitas kami sebagai warga kampung yang berada di tengah kota,” ujarnya.
Selain itu, ketika ada tamu wisatawan datang, warga menyambut dengan mengenakan kebaya. Mereka juga bertugas sebagai guide wisatawan. Salah satu yang ditawarkan adalah kebun cincau. ’’Ada posko yang kami sediakan untuk wisatawan yang ingin tahu cara membuat cincau,” katanya.
Sementara itu, Kampung Demak Timur Gang V (Makmur V) juga terus bekerja keras untuk menjadikan lingkungannya asri dan bersih. Salah satunya melalui program pemilahan sampah yang berjalan sejak 10 tahun lalu. ’’ Yang penting itu konsistensi masyarakat. Itu yang kami unggulkan,” kata Eko Wahyudi, kader lingkungan Demak Timur RT 5, RW 6.
Menurut dia, mengubah perilaku masyarakat itu tidak mudah. Butuh pembiasaan. Tidak hanya menjadikan lingkungan asri dan cantik, lantas kembali kumuh karena semangat warga kendur. ’’Lihat, setiap rumah punya sampah dengan beragam kategori,” ujarnya.
Untuk penghijauan, setiap rumah diwajibkan menanam pohon mangga. Hal itu sudah lama diterapkan. Bahkan, warga yang telanjur menanam pohon jambu akhirnya menebang dan menggantinya dengan mangga. ’’Sekarang sudah ditambah pohon palem. Jadi lebih rindang,” tuturnya.
Ketua RT 5, RW 6, Demak Timur Aris Dwi Santoso mengungkapkan, warga juga bergotong royong membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Bahan bakunya berasal dari air got. Air hasil IPAL digunakan untuk menyiram tanaman di setiap rumah. ’’Cukup untuk sekampung,” ujarnya. (*/c7/oni)