Beri Imbas dan Perkecil Kesenjangan
Melalui SMK Kawasan Industri
SURABAYA – Ditjen Pendidikan SMK menunjuk lima sekolah di Jawa Timur untuk program SMK kawasan industri. Dua sekolah di antaranya berada di Surabaya. Dua sekolah itu adalah SMKN 2 dan SMKN 5.
Ketua Program Pengembangan SMK Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus di SMKN 2 Sylvia Agustini menyatakan, sekolah mendapat pembiayaan dari pemerintah pusat untuk meningkatkan kompetensi para guru produktif. Kompetensi yang dimiliki guru, kata dia, pada akhirnya akan dibagikan kepada para siswa.
Meski SMKN 2 yang ditunjuk, tidak berarti peningkatan kompetensi hanya ditujukan guru-guru di sekolah itu. Melainkan diimbas- kan kepada para guru produktif dari sekolah lain. ”SMKN 2 ada sepuluh sekolah partner,” terangnya.
Sekolah partner itu merupakan sekolah dengan jurusan yang setidaknya linier atau sama dengan jurusan-jurusan di SMKN 2.
Kerja sama yang baik dengan industri, lanjut Sylvia, tentu akan memberikan dampak positif untuk sekolah. Pihak sekolah akan mendapatkan perhatian dari industri.
Nah, untuk program SMK kawasan industri, sinergi dengan industri tersebut diwujudkan dalam berbagai hal. Di antaranya, menghadirkan guru tamu dari industri, pemagangan guru ke industri, penyelarasan atau sinkronisasi kurikulum dengan industri, serta penyamaan modul dan alat-alat praktik dengan industri.
Setidaknya, ada 40–50 industri yang digandeng SMKN 2 untuk bekerja sama. Industri-industri tersebut akan turut meningkatkan kompetensi sepuluh jurusan di SMKN 2. ”Paling banyak jurusan listrik. Ada 22–23 industri yang bekerja sama dengan kami,” katanya.
Sebanyak 40 guru dari SMKN 2 diperkuat kompetensinya melalui program tersebut. Ditambah sepuluh guru dari SMK lain yang menjadi partner SMKN 2. Selain itu, sebagian dana program SMK kawasan industri digunakan teaching factory (tefa) di sekolah. Mereka tidak hanya belajar sesuai kompetensi, tetapi juga berwirausaha dan berkontribusi langsung. ”Ini kami buka untuk jurusan teknik sepeda motor,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala SMKN 5 Rinoto menjelaskan, ada pengimbasan yang dilakukan SMK kawasan industri kepada sekolah lain. Juga, ada layanan standar keterampilan siswa yang minimal sama dengan industri. (puj/c21/nda)