Jawa Pos

Belum Bisa Jalan Sudah Bisa Panjat Teralis Pintu

Iinaas Nuur Ghoni yang masih berumur 11 tahun menorehkan prestasi di cabang olahraga panjat tebing. Bakatnya terlihat sejak usia tujuh tahun. Anak kedua di antara dua bersaudara itu bercitacit­a menyabet juara dalam kejuaraan dunia.

-

SEKILAS tidak ada yang istimewa dari penampilan Iinaas Nuur Ghoni. Badannya kecil mungil. Beratnya 24,5 kilogram dan tinggi 130 sentimeter. Namun, di balik perawakan mungil itu, siswa kelas VI sekolah dasar (SD) tersebut menyimpan prestasi gemilang di bidang panjang tebing. Puluhan medali telah diraih.

Menurut sang ayah, Yusuf Wibisono, bakat anak bungsunya terlihat saat berusia tujuh bulan. Iinas yang belum bisa berjalan ternyata senang memanjat teralis pintu rumah. Bahkan, dia mampu naik hingga puncak teralis setinggi 1,5 meter. ”Pernah saya cari, anak ini ke mana, eh nggak tahunya udah manjat di teralis,” kenang Yusuf, lalu tertawa.

Melihat kemampuan memanjat yang terus menonjol dalam diri Iinas, Yusuf merakitkan papan latihan panjat tebing di rumahnya di kawasan Perumahan Gresik Kota Baru (GKB). Papan pertama itu dibuatkan saat anak perempuan satu-satunya tersebut berusia 2,5 tahun.

Di papan panjat berukuran 250 x 120 sentimeter itu, Iinas kecil bermain-main. Namun, orang tuanya tetap mengawasi agar tidak jatuh. Saat berusia enam tahun, Iinaas diikutkan dalam Rock Hobbies Center, salah satu klub panjat tebing di Kota Pudak. Tujuannya, mengasah bakat yang dimiliki.

Iinaas kali pertama mengikuti kompetisi panjat tebing di Piala Wali Kota Surabaya saat berusia enam tahun. Kala itu, tidak ada satu pun medali yang dibawa pulang. Namun, pengalaman pertama tersebut mengasah mental Iinaas kecil. ”Waktu itu, dia cuma bisa manjat sampai tiga poin. Berusaha ke poin berikutnya bisa karena masih kecil. Kakinya juga belum ujar Sri Sugiarti, ibunda Iinaas.

Pada kompetisi ketiga, kejuaraan provinsi pada akhir 2012, Iinaas kali pertama memanjat sampai puncak. Meski Titi –sapaan Sri Sugiarti– mengatakan mengikutka­n Iinaas ke kompetisi sejak dini bukan untuk menang, melainkan menambah jam terbang.

Hal itu terbukti. Iinaas yang kini berumur sebelas tahun sudah meraih puluhan medali cabang olahraga panjat tebing. Ada 20 medali yang telah dikantongi dari kompetisi nasional maupun regional. Enam di antaranya medali emas. Terakhir, dia mewakili FPTI Gresik dalam Kejuaraan Provinsi II Panjat Tebing Jawa Timur 2017 pada 2–5 November di Tulungagun­g. Saat ini Iinas terus mempersiap­kan diri agar bisa dikirim dalam Kejurnas di Riau pada 2018. Mengapa begitu suka panjat tebing? ”Enak, bisa isis kalau sudah manjat sampai puncak,” ucap Iinaas.

Dia punya mimpi besar, yaitu juara panjat tebing dunia yang salihah. Ya, Iinas memang ingin menjadi atlet perempuan yang tetap berhijab, tapi berprestas­i. Sementara itu, orang tuanya terus memberi dukungan dan doa. Sebab, mereka merasakan bahwa panjat tebing telah membentuk karakter Iinaas sebagai anak yang kuat dan mandiri. (*/c16/dio)

 ??  ?? njangkau nggak overtime,
njangkau nggak overtime,
 ?? NURUL KOMARIYAH/JAWA POS ?? nyampek,”
NURUL KOMARIYAH/JAWA POS nyampek,”

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia