Jawa Pos

Setelah 18 Tahun tanpa Celaka

-

SUMINAH merupakan seorang koki di salah satu restoran cepat saji. Tragedi Kamis malam (16/11) mengakhiri karirnya. Juga, hidupnya. Padahal, selama 18 tahun melewati Jalan Indrapura, Suminah tidak pernah celaka.

Kemarin (17/11) kursi plastik hijau masih terlihat menumpuk di sebelah rumah Suminah di Jalan Pesapen III, Krembangan Utara. Jenazahnya memang sudah tidak ada di rumah duka. Namun, keluarga masih membuka lebar rumahnya. Terutama kepada mereka yang ingin menyampaik­an rasa duka.

Kesedihan pun masih menggantun­g di wajah para pelayat

Satu per satu datang silih berganti. Ketika Jawa Pos datang kemarin, giliran rekan kerja Suminah yang melayat. Seragam kerja masih melekat di badan mereka. Maklum, sif pagi baru saja rampung.

Ya, Suminah merupakan salah satu koki di restoran cepat saji ternama. Gerainya berada di BG Junction. Ketika kejadian, Suminah baru saja menyelesai­kan sif malamnya. Dia bertugas mulai pukul 13.00 hingga 22.00.

Suminah sendiri baru beberapa tahun bekerja di BG Junction. Namun, dia menjadi karyawan di restoran cepat saji itu sejak 1999. Kali pertama bekerja, Suminah berdinas di Surabaya Plaza. Pengalaman­nya sebagai koki tentu tidak diragukan.

Mariyono, adik ipar Suminah, yang kali pertama mendapat kabar tewasnya Suminah. Jam menunjukka­n pukul 00.00 ketika petugas datang ke rumahnya. Sebelumnya, petugas memang sedikit sulit menemukan rumah Suminah. Sebab, sepeda motor yang dibawa atas nama anak pertamanya. Mardiana.

Rumah Mardiana terletak di nomor 25 dan rumah Suminah nomor 46. Memang itu sepeda motor anaknya, dia di ujung gang,’’ tambah Mariyono.

Ketika dikabari, Mariyono berusaha tegar. Ketimbang sedih, dia memilih memikirkan langkah berikutnya. Bersama petugas, dia lantas pergi ke kamar mayat RSUD dr Soetomo.

Sesampai di kamar mayat, Mariyono diminta melakukan identifika­si. Di situ, kondisi tubuh Suminah, 53, terlihat prima. Namun, Mariyono tercekat ngeri saat melihat darah yang masih membasahi wajah Suminah. Mulai wajah hingga leher.

Namun, Mariyono masih mengenali wajah kakak iparnya. Benar, itu kakak saya,’’ ucapnya ketika diminta mengenali jasad Suminah.

Mariyono lantas dibawa ke Mapolsek Bubutan untuk dimintai keterangan. Dia juga mengurus sendiri kepulangan jenazah Suminah. Tepat pukul 06.00, dia dan jenazah kakak iparnya tiba di rumah duka. Prosesi pun dilakukan. Setelah dimandikan, jenazah Suminah langsung dibawa ke masjid. Suminah dikubur di dekat kuburan suaminya di Makam Tembok pukul 09.00.

Suminah ditinggal suaminya pada 2009. Karena sudah biasa bekerja, Suminah tidak merasa waswas. Ekonomi keluarga pun masih bisa disokong. Terlebih, kedua anaknya sudah tidak tinggal lagi bersamanya. Salah satu anak Suminah pindah ke Madura. Satunya lagi tinggal bersebelah­an dengannya.

Tepat tiga hari sebelum tragedi, Suminah mengajukan cuti. Dia menyatakan ada acara keluarga yang harus diselesaik­an. Dua hari sebelum kejadian, Suminah pergi ke Makam Tembok. Dia pergi merawat makam suaminya. Siapa yang tahu bahwa dia juga harus menyusul suaminya.

Kini keluarga menyerahka­n semua penyelidik­an ke kepolisian. (bin/c15/dos)

 ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS ??
HANUNG HAMBARA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia