Bikin Ratusan Nisan untuk Bakti Lingkungan
Partisipasi warga dibutuhkan untuk membangun lingkungan yang lebih baik. Karena itu, dibuatlah kelompok yang berperan sentral menggerakkan warga lainnya untuk melaksanakan program lingkungan.
WIYONO terlihat mengaduk semen kemarin (17/11). Dengan sekop di tangan kanan, dia mengolah material batu, air, dan semen yang sudah ditakar komposisinya. Di sampingnya, ada cetakan yang berbentuk seperti nisan.
Ali Wahyudi dan Subandi membantu Wiyono mencetak adonan. Berbekal sekop dan cetakan, adonan diratakan. Kemudian, dibiarkan mengering. ”Ini (jualan nisan, Red) yang jadi usaha kami untuk terus beraksi sebagai komunitas peduli lingkungan,” ungkap Ketua Kelompok Lingkungan Hidup (KLH) Podo Resik Subandi.
KLH Podo Resik merupakan kumpulan pegiat lingkungan dari RW 2, Desa Tropodo, Waru. Sepak terjang mereka dimulai sejak 21 November 2016. ”Hampir genap satu tahun,” kata Ketua PKK RW 2 Sri Handayani. Saat ini base camp KLH Podo Resik terletak di lahan fasilitas umum (fasum) RT 85. Kebetulan, ketika lomba kebersihan tingkat RW, RT tersebut menjadi juaranya.
Subandi adalah ketua RT di sana. ”Ada 40 anggota KLH yang tercatat. Tapi, ya, yang aktif hanya separo. Sisanya, ya, kadang hanya beri donasi,” paparnya.
Kelompok itu terbentuk ketika Ani, sapaan akrab Sri Handayani, berkunjung ke Kebun Bibit Surabaya tahun lalu. Saat itu, berlangsung jambore hijau. ”Di sana, saya bertanya-tanya kepada pegiat lingkungan mengenai cara melaksanakan penghijauan,” tuturnya. Bekal ilmu tersebut dibawa pulang. Lantas, dia mengumpulkan warga untuk diajak mengelola lingkungan.
Agar warga memiliki gambaran, Ani mengajak tim penggerak PKK RW 2 untuk studi banding ke Bank Sampah Ngingas. Setelah itu, Ani merekrut bapak-bapak yang mau berpartisipasi dalam penghijauan. ”Dan, terbentuklah KLH Podo Resik,” terangnya. Aksi pertama kelompok tersebut adalah menanam bibit pohon glodokan di sepanjang Jalan Tropodo 1. Kini tak hanya banyak pohon yang tumbuh di jalan utama kawasan RW 2 tersebut. Lahan fasum pun mulai dibuat taman dan kebun pembibitan aneka tanaman. ”Sebutannya lumbung hijau,” lanjutnya.
Sayang, masih banyak tantangan yang harus dihadapi KLH Podo Resik. Misalnya, kesadaran warga untuk tidak meliarkan ternak. ”Tanaman baru tumbuh, ya, habis gara-gara dimakan ternak. Sudah diberi tahu, tapi bandel banget,” ujar Ani, geram.
Untuk mencukupi kebutuhan perbaikan lingkungan, anggarannya tak cukup dari dana kas saja. Karena itu, anggota KLH berinovasi dengan berjualan nisan yang sudah dipesan hingga ratusan pasang tersebut. Wilayah penjualannya bukan hanya Sidoarjo, melainkan juga Surabaya dan Tuban. ”Kami sangat ingin proposal kendaraan angkut sampah bisa direalisasikan desa. Dengan begitu, warga dapat mengolah sampah, tidak buang sembarangan lagi,” imbuhnya. (via/c16/ai)